Penjelajah Waktu

Varenyni
Chapter #14

14. Kembali

Kedua sosok berjubah hitam itu bukanlah malaikat maut.

Roy memejamkan matanya, tidak berani melihat kapak itu, dia hanya bisa berdoa.

Saat kapak itu sepuluh senti berada di dekat leher Roy dan Mely, saat itu juga terjadi keributan di mana-mana, suara ledakan terdengar, disusul ledakan kedua, lantas ledakan ketiga, tepat mengenai kapak itu, membuatnya rusak berkeping-keping.

Roy melototkan mata, beruntung dia dapat menghindari ledakan dan kapak itu saat terjadi keributan di mana-mana.

Dua orang berjubah hitam, dalang dari keributan itu, mendekati Roy dan Mely yang masih syok. Salah satu dari mereka menyembulkan kepala.

“Kalian berdua! Masuklah! Apa kalian tidak ingin selamat?” Itu suara wanita, Roy tidak mengenali siapa wanita itu, karena wanita itu menggunakan masker untuk menutupi identitasnya, dan memang Roy tidak mengenal siapapun di kota itu kecuali keluarga Lyan.

Mely mengangguk, dengan cepat dia melompat masuk diikuti Roy. Lelaki berjubah hitam yang menyetir itu menginjakkan gas kuat-kuat, sebelum ada yang menyadari bahwa mereka sudah kabur.

Helaan napas terdengar di telinga Roy, itu helaan napas dari orang yang menyetir, entah mengapa Roy seperti sering mendengar helaan napas itu. Entahlah, mungkin hanya firasatnya.

Roy menoleh ke Mely, dia terisak tanpa suara. Roy menepuk pelan bahunya. “Kenapa kau menangis?”

“Theo ... bagaimana dengan Theo? Lyan tadi mengatakan dia sudah ... sudah.” Tangis Mely semakin pecah.

Roy tersentak. Benar juga, bukankah tadi Lyan mengatakan bahwa Theo telah tiada? Tega sekali dia meninggalkan temannya sendiri.

Tanpa sadar air matanya menetes.

Mobil terus melaju semakin cepat, Roy tidak tahu kenapa orang-orang berjubah hitam ini membawanya semakin masuk ke hutan. Lalu mereka berhenti di suatu bangunan kecil, bukankah bangunan itu ... markas mereka? Bagaimana orang itu tahu?

“Sudahlah jangan menangis, jangan seperti anak kecil. Turunlah sekarang.” Orang yang menyetir itu menyahut setelah sekian lama dia tidak bersuara.

“Eh?” Roy menaikkan sebelah alisnya, menoleh ke arah Mely, apakah benar yang didengarnya itu?

“Theo? Kau kah itu?” Roy bertanya, tanpa perlu menunggu jawabannya, dia segera mendekap Theo.

Lihat selengkapnya