Setahun melesat begitu cepat. Theo lulus dari SMA-nya dengan nilai yang memuaskan.
Setelah lama berpikir, antara menerima tawaran ibunya untuk tinggal di Inggris bersamanya, atau tetap di rumah.
Dengan berat hati Theo harus meninggalkan tanah airnya, meninggalkan sahabatnya, dia ingin berbakti kepada orang tuanya, dia menuruti perintah ibunya.
Ponselnya berbunyi, menyadarkan dirinya dari lamunannya. Theo merogoh sakunya, mengambil ponselnya.
Salah satu temannya kampusnya menyapa Theo. “Apa kau tidak pulang, Theo?”
“Sebentar, aku masih ingin di sini,” jawab Theo.
Lelaki berambut cokelat itu mengangguk. “Baiklah kalau begitu, aku duluan.”
Theo memandang pohon-pohon yang berada di kampus, juga langitnya. Suasana di Los Angeles berbeda sekali dengan tempat tinggalnya. Theo belum terbiasa.
Theo melangkah keluar sembari membuka pesan yang masuk di ponselnya, itu dari Roy. Dia membaca pesan itu.
Theo, kau tahu? Salah satu penerbit menerima naskahku, bulan depan akan diluncurkan. Aku senang sekali, aku harap kau datang.