Penjual Nasi Goreng Rumah Hanto Darmo (Oneshot)

Faizal Ablansah Anandita, dr
Chapter #1

Penjual Nasi Goreng

Di kota Surabaya, siapa yang tidak tau tentang cerita horror rumah hantu Darmo. Kisah legendaris yang sempat mencuat beberapa tahun yang lalu, kini sudah jarang diperbincangkan lagi. Banyak sekali orang yang sudah merasakan fenomena gaib dari rumah tersebut. Di jalanan perumahan Darmo, ada seorang penjual nasi goreng yang sering menjajakan dagangannya. Bapak tua itu sering terlihat berkeliling di jalanan perumahan dekat rumah hantu Darmo dari petang hingga menjelang dini hari. Ia sudah menjajakan daganganya bahkan sejak aku masih kecil. Dan karena rumahku yang cukup dekat dengan daerah tersebut, aku mengenal betul beliau. Aku sekeluarga sering membeli dagangannya dulu. Namun kini, karena kesibukan, kami sudah jarang membeli nasi goreng enak buatannya.

Semenjak kuliah, aku selalu pulang melintasi jalanan rumah itu. Bukan karena penasaran atau untuk uji nyali, tetapi jalanan itu memang jalan pintas untuk menuju rumahku tanpa harus melewati jalan raya besar. Sangat menghemat waktu, dan lagipula, aku tidak takut sama sekali, karena aku melewatinya selalu pada siang hari. Setelah aku mulai menempuh pendidikan profesi dan bekerja, aku sudah jarang lewat jalan itu, disebabkan aku selalu pulang larut malam, bahkan dini hari. Tetapi malam itu, aku begitu lelah, aku ingin segera pulang. Aku memutuskan kembali melewati rumah hantu itu, setelah sekian lama.

Malam itu pukul 23:00 akhirnya aku memutuskan untuk melintas, setelah sempat ragu. Namun lampu jalan perumahan yang begitu redup, serta kenyataan bahwa hanya aku saja yang melintas disana, membuatku sedikit menyesal. Tetapi aku sudah terlanjur melaju motorku masuk, tidak ada pilihan lain selain terus menarik gasnya lebih kencang.

Aku melaju begitu kencang, hingga akhirnya aku memelankan kecepatan motorku. Di bahu kanan jalan, aku melihat bapak penjual nasi goreng itu. Ia terlihat tengah sibuk memotong-motong bahan makanan. Aku ingat, terakhir kali aku memakan nasi goreng buatannya adalah sebelum rambut di kumis dan janggutnya memutih. Bapak itu sudah sangat tua, waktu berlalu begitu cepat. Meskipun begitu, gerobak coklatnya masih tetap sama dari dulu, dan tempat mangkalnya selalu disini, tidak pernah berubah. Cahaya lampu teflon dari gerobaknya sedikit menghilangkan ketakutanku, dan membuat jalanan gelap ini sedikit terang. Setelah mengamatinya sebentar aku kembali melaju. Dan jalanan kembali gelap.

Lihat selengkapnya