Penumpang Setia

Ery Sithi Badriyya
Chapter #4

Jangan Pergi Dari Rumah Ini

"Kenapa menatapku seperti itu?" marah Lira lalu mendorong tubuh Bima yang masih saja menatapnya dengan kejam. "Kamu jangan sampai buka mulut, ya. Kalau sampai semua orang tau soal kematian kakakku, aku akan adukan kamu ke Ibu kalau kamu sudah nidurin aku sejak kita masih SMA," ancam Lira dan Bima semakin serba salah.

Hari berganti dan tidak terasa sudah seminggu berlalu sejak Bima menguburkan jasad istrinya. Selama seminggu ini hati pria pengangguran ini terus diterpa rasa bersalah tetapi selama itu juga Lira terus meyakinkan Bima jika dia akan tetap tutup mulut atas semua yang terjadi pada Rara.

Karena sudah seminggu, Bima yang memang ingin lari dari rasa bersalahnya kemudian mencoba meminta izin pada Bambang dan Inah untuk pulang saja ke rumahnya yang berada di kampung sebelah. Dia rasa lebih baik cepat pergi dari rumah mertuanya ini agar tidak terus mengingat saat Rara terjatuh dari tangga dan tentunya untuk menghindari Lira yang terus saja menggodanya.

"Jadi kamu mau pulang?" tanya Bambang sore itu setelah selesai sholat ashar di masjid dekat rumahnya.

"I--ya, Pak. Bima rasa tugas Bima di rumah ini sudah selesai. Nggak enak juga kalau Bima harus numpang hidup di sini padahal istri Bima sudah...,"

"Nak," Inah memotong perkataan menantunya. "Bima tau kan kalau Bapak dan Ibu sudah tua. Kami nggak punya anak lagi, kalau kamu pergi dan sampai amit-amit ada kejadian mengerikan kayak kemarin di rumah ini, Ibu harus minta tolong siapa," Inah bertutur dengan suaranya yang gemetar. "Jadi berbaik hatilah pada kami, Nak. Tinggallah di rumah ini walau Rara sudah tiada. Kami sudah menganggapmu sebagai anak kami sendiri, Bima. Percayalah, kami tidak keberatan,"

Lihat selengkapnya