Penumpang Setia

Ery Sithi Badriyya
Chapter #7

Teringat Rara

“Kenapa Mas lihat aku kayak gitu,” kekeh Kinara sambil menyenggol bahu Bima yang wajahnya jadi pucat setelah dia menyebutkan nama panggilannya. “Memang semua orang di rumah sakit ini panggil aku Rara. Kayak aneh banget!”


“Bu–kan, kok. Aku cuma belum makan. Mangkanya jadi kagetan.” Alasan yang sangat tidak masuk akal tapi Kinara menanggapinya dengan tawa saja.

Perawat muda itu lalu melangkah turun dari mobil dan menyempatkan melambai ke arah Bima yang masih saja menatapnya dengan heran.

Sadar tatapannya membuat Kinara keheranan, Bima lalu menunduk dalam sebelum akhirnya meninggalkan halaman rumah sakit.

Tangannya lalu meraba uang 50 ribu yang dimasukkan Kinara ke sakunya dan merasa ini sudah cukup untuk hari pertamanya bekerja sebagai driver.

Setiba di rumah, wajah Bambang yang sumringah segera menyambut menantunya. “Udah pulang,” tuturnya ramah lalu menunggu di pintu rumah sampai Bima selesai memarkirkan mobil.

“Iya, Pak. Alhamdulillah dapat penumpang. Ternyata nggak mudah jadi driver,” 

“Nak, namanya juga hari pertama. Pasti kamu masih belajar. Dapat penumpang satu nggak masalah, nanti juga rejeki bakal ngikut. Yang penting usaha,” tutur Bambang dengan begitu bijak.

Bima merasa beruntung memiliki mertua seperti Bambang yang tidak malu punya menantu sekelas dirinya yang dari awal nikah cuma nungguin rejeki dari istri.

Lihat selengkapnya