*7 AGUSTUS TAHUN 1968 JAKARTA BARAT, INDONESIA*
Perempuan keturunan Tionghoa yang kaya raya bernama LI MEI menikah dengan laki-laki keturunan Tionghoa yang kaya raya bernama BIAN CHEUNG.
Mei dan Bian dijodohkan, walaupun pernikahan mereka dijodohkan tapi pernikahan mereka bahagia. Mereka berdua merintis usaha bersama dari nol, hingga memiliki sebuah toko yang sukses, dan menjadi pusat belanja di daerah tersebut.
*15 NOVEMBER TAHUN 1970, JAKARTA BARAT, INDONESIA*
Bian dan Mei melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik, bayi itu bernama JIA CHEUNG. Jia memiliki adik yang bernama SOFIA CHEUNG. Jia dan Sofia berbeda 6 tahun, namun Jia dan Sofia saling menyayangi.
Saat usia Jia 12 tahun kedua orang tuanya mengalami kecelakaan, dan meninggal dunia saat itu juga. Setelah kematian orang tuanya, Jia dan Sofia hidup bersama neneknya hingga usia 15 tahun.
Saat usia 15 tahun nenek meninggal dunia. Saat usia Jia 15 tahun, Jia harus menghidupi adiknya seorang diri, Sofia adalah keluarga satu-satunya yang dia miliki. Jia bekerja keras meneruskan usaha toko sembako milik kedua orang tuanya.
*20 MARET TAHUN 1995, JAKARTA BARAT, INDONESIA*
Jia lulus dari universitas Tarumanagara sebagai lulusan terbaik tahun 1995, jurusan manajemen. Dengan ilmu yang didapat Jia, Jia ingin memajukan usaha toko keluarganya. Setelah lulus kuliah, Jia berbagi tugas dengan adiknya Sofia untuk menjaga toko.
Saat Sofia yang berusia 19 tahun berhasil masuk universitas Trisakti jurusan kedokteran, Jia yang membutuhkan biaya tambahan untuk kuliah adiknya. Jia setiap pagi menjadi guru SD, siang sampai sore menjaga toko milik keluarganya.
*25 NOVEMBER 1995, JAKARTA BARAT*
Jam 3 sore, Jia sedang menjaga toko, tiba-tiba datang seorang laki-laki tampan. Seorang polisi muda. Jia tersenyum dan bertanya, "anda ingin membeli sesuatu?"
Pertanyaan Jia membuyarkan lamunan pemuda tersebut, "Saya ingin beli seperempat kilogram telur, mie goreng 4 bungkus dan beras 1 kilogram."
"Baik tunggu sebentar," Jia mengambil pesanan dan memberikan pada pemuda tersebut.
"Totalnya 3.300 rupiah." Pemuda tersebut hanya diam, Jia merasa bingung.
"Abang?"
"Maaf tadi totalnya berapa?"
"3.300 rupiah," Pemuda tersebut memberikan uang pada Jia.
"Terima kasih telah berbelanja di toko ini abang," Jia tersenyum.
"Iya sama-sama," Pemuda tersebut langsung pergi meninggalkan toko.
Jam 7 malam setelah menjaga toko Jia pulang ke rumah, tapi ditengah jalan Jia melihat Sofia sedang diganggu oleh 3 laki-laki yang seumuran dengan adiknya. Jia mendekati mereka, Jia semakin marah melihat mereka menyentuh adiknya.
"Siapa kalian? Pergi dan jangan ganggu adikku," ucap Jia dengan keras.
Mereka menatap Jia dan tertawa, "pergi kamu, kami tidak ada urusan dengan kamu."
Jia mendekati mereka, Jia menatap tajam ke arah 3 laki-laki itu. "Ada urusan apa kalian dengan Sofia?"
"Perempuan sombong ini menolak aku di depan semua orang," laki-laki tersebut menunjuk ke arah dahi Sofia, namun Sofia cuek.
"Sofia berhak memilih siapa yang dia cintai, jadi tolong hargai itu," ucap Jia dengan tegas.
Mendengar perkataan Jia, ketiga pemuda tersebut mendekati Jia. Dia menatap tajam ke arah Jia, "tidak ada yang boleh menolak aku, termasuk Sofia, jadi kamu jangan ikut campur. Atau kamu akan mendapatkan masalah," ucap pemuda tersebut dengan sombong.
PLAK
Semua terdiam karena Jia menampar lelaki tersebut, Jia menatap tajam ke arah laki-laki tersebut.
"Sofia adalah adikku, hanya aku yang berhak mengatur hidup Sofia. Aku tidak akan pernah mengizinkan Sofia menjadi pacarmu."
Pemuda tersebut menampar Jia, tapi ditahan oleh seseorang. Jia melihat orang tersebut, ternyata yang menolongnya adalah polisi laki-laki yang tadi pagi membeli di tokonya.
"Jadi cowok, beraninya sama cewek. Rame-rame pula, gak malu apa?" polisi muda tersebut menghina laki-laki yang menggangu Jia, dia memakai jaket berwarna hitam.
"Pergi kamu, ini urusan kami."
"Tentu ini urusan aku, kamu menggangu kekasihku." polisi tersebut memeluk pinggang Jia, Jia bingung. Jia bahkan tidak mengenalnya.
"Kalau kamu berani, lawan aku. Jika kamu kalah, jangan pernah mendekati dan menggangu kedua perempuan ini."
"Siapa takut, tapi jika aku menang, Sofia harus melakukan semua perintahku." Ketiga pemuda itu tersenyum, seolah mereka akan menang.
"Kamu yakin akan menang?" ucap Jia dengan suara pelan pada pemuda tersebut.
"Kamu tenang saja, kita pasti akan menang. Kamu tidak perlu khawatir," Polisi tersebut tersenyum.
Mereka berdua bertarung, tidak tahu kenapa Jia merasa khawatir. Mereka babak belur karena bertarung satu sama lain, hingga akhirnya laki-laki yang menggangu Sofia kalah.
"Pergi dan tepati janjimu, jangan pernah mendekati dan menggangu mereka berdua lagi." Setelah mendengar perkataan tersebut, mereka bertiga lari meninggalkan Jia dan Sofia.