"Silahkan dimulai nyonya Jia," Jia terdiam.
"Jia," Desi menepuk pundak Jia, Jia menggenggam gayung tersebut. Hati Jia sakit, belum bisa menerima semua yang terjadi.
"Tenangkan dirimu Jia, ikhlaskan kepergian Sofia dan Bimo. Supaya mereka bahagia di surga," mendengar perkataan Ani, Jia menahan tangis.
Bimo dan Sofia sudah menggunakan kain kafan, "silahkan untuk keluarga dan kerabat dari keduanya, jika ingin melihat atau mengatakan sesuatu kepada jenazah. Kedua jenazah sudah suci jadi tolong jangan menyentuh atau air mata jatuh ke kedua jenazah."
Petugas memberi hormat dan mundur, Jia menggendong Andra. Jia mendekati jenazah Sofia, menahan rasa tangis, Jia tersenyum.
"Assalamu'alaikum Sofia, terima kasih sudah menjadi adik terbaik untuk kakak. Kamu tidak perlu khawatir tentang kakak, semoga kamu bahagia di surga." Air mata Jia menetes dipipinya, Jia menghapus air mata dan tersenyum.
"Kakak akan menepati janji untuk selalu bahagia, jika kamu di surga bertemu papa mama. Tolong sampaikan, aku sangat merindukan mereka." Jia menangis dan segera membelakangi adiknya.
Ani dan Desi memeluk Jia, Jia menghapus air matanya. Jia mendekati suaminya, "Assalamu'alaikum bang Bimo," Jia tersenyum.
"Terima kasih untuk semua cinta dan kasih sayang yang telah abang berikan untuk aku, terima kasih untuk semua kebahagiaan yang telah kita lalui bersama." Air mata membasahi pipi Jia.
"Aku sangat mencintai abang, aku akan membesarkan Andra sesuai keinginan abang." Jia menghapus air matanya, Jia menatap Andra.
"Andra, lihat wajah terakhir papa untuk yang terakhir kalinya. Papa kamu sangat tampan, jadi Andra harus seperti papa suatu hari nanti supaya papa bahagia."
Jia memeluk erat Andra, sekarang hanya Andra keluarga satu-satunya yang di miliki. Pemakaman Bimo dan Sofia berlangsung, Jia menatap tanpa menangis.