Penyihir Terakhir

emurbawa
Chapter #4

Purnama

Bulan purnama bersinar sangat terang malam itu, memancarkan cahaya perak yang menyelimuti seluruh hutan bekas reruntuhan ibu kota Kadipaten Elzir.

Sinar bulan begitu kuat hingga memantulkan bayangan pohon-pohon kuno yang berdiri di sekeliling, menciptakan pemandangan magis yang seolah berasal dari dunia lain.

Energi alam yang melimpah malam itu terasa begitu nyata, seakan-akan setiap molekul udara dipenuhi dengan kekuatan sihir yang murni.

Di dalam rumah barunya, Zephyr merasakan aliran kekuatan sihir yang sangat besar menyusup ke dalam tubuhnya. Dia duduk di ruang tamu yang sederhana namun penuh dengan kenangan magis.

Dinding-dinding batu yang telah disihir kembali berdiri tegak, memantulkan cahaya bulan yang masuk melalui jendela-jendela besar.

Bulan purnama memang memiliki kekuatan untuk menggandakan energi sihir, menjadikannya waktu yang paling dinantikan oleh para penyihir.

Pada malam seperti ini, ritual dan perayaan besar sering diadakan, di mana para penyihir berkumpul untuk menghormati kekuatan alam dan memperkuat kemampuan mereka.

Zephyr mengingat kembali masa-masa itu, saat dia masih kecil, berlari-lari di antara para penyihir dewasa yang merapalkan mantra di bawah sinar bulan.

Pandangan Zephyr tertuju pada pedang Elzir yang disimpan di atas meja di tengah ruangan. Pedang itu tiba-tiba bercahaya, memancarkan sinar hitam pekat seperti energi sihir kegelapan yang menyeruak keluar dari bilahnya.

Cahaya itu bukanlah cahaya biasa, melainkan energi yang terasa dingin dan mendalam, seolah-olah mengandung kekuatan yang tak terhingga.

Aura di sekitar pedang berubah drastis. Bagi manusia biasa, aura itu akan terasa menyeramkan dan menakutkan, seolah-olah kematian dan kehancuran berbisik di telinga mereka.

Namun, bagi seorang penyihir seperti Zephyr, energi itu adalah sumber kekuatan yang luar biasa. Dia merasakan kekuatannya berlipat ganda, tubuhnya seakan-akan terisi penuh dengan energi sihir yang murni dan kuat.

Zephyr mendekati pedang itu dengan hati-hati, merasakan setiap denyut energi yang terpancar dari bilahnya. Dia merapalkan mantra pelindung secara otomatis, memastikan bahwa energi sihir yang begitu kuat ini tidak akan melukai dirinya.

Tangannya perlahan menyentuh gagang pedang, dan seketika itu juga, aliran energi mengalir deras ke dalam tubuhnya, membuatnya merasa lebih kuat daripada sebelumnya.

“Ini adalah malam yang sempurna,” gumamnya pelan, matanya tertuju pada bulan purnama di langit. “Malam untuk menguji batas kekuatan sihirku.”

Zephyr mengangkat pedang Elzir tinggi-tinggi, membiarkan sinar bulan memantul dari bilah hitamnya. Mantra-mantra kuno yang telah dia pelajari mulai muncul di benaknya, siap untuk digunakan.

Dia bisa merasakan kekuatan leluhur para penyihir mengalir melalui dirinya, memberinya keberanian dan kekuatan untuk menghadapi apa pun yang mungkin datang.

Dalam keheningan malam, hanya suara angin yang berbisik di antara pepohonan yang terdengar. Zephyr berdiri tegap, merasakan energi bulan purnama mengalir melalui dirinya dan pedang Elzir.

Malam ini, dia tidak hanya sekadar penyihir yang selamat tapi dia juga adalah pewaris kekuatan yang tak terhingga.

Beberapa saat kemudian, Zephyr berjalan keluar dari rumahnya menuju reruntuhan alun-alun kota yang bentuknya sudah tak karuan lagi.

Lihat selengkapnya