Awal November 2014, Alhamdulillah omsetku terus meningkat, kini tabunganku sudah mencapai seratus lima puluh juta rupiah, akhir bulan ini jika semuanya berjalan lancar tanpa hambatan maka tabunganku diperkirakan bisa mencapai dua ratus juta, dan bisa mencapai tiga ratus juta lebih di akhir tahun walaupun jumlah itu masih kurang dari target yang kubutuhkan tapi aku optimis bisa tercapai, hanya perlu mengembangkan beberapa jenis unit usaha untuk menutupi selisih yang ada.
Kunci kesuksesanku adalah Rangga. Ia dengan begitu lihai mengolah ide menjadi rencana bisnis yang terukur, aku sangat percaya dengan kemampuannya. Dalam sebuah kepemimpinan kita memang harus selalu punya satu orang sepertinya, bisa melakukan sesuatu tanpa banyak arahan dan penjelasan. Pertama kali aku bertemu dengannya adalah sewaktu kajian agama mingguan di kampus, awalnya kami cuman sering diskusi bertukar pikiran soal agama, namun karena menemukan banyak persamaan diantara kami, akhirnya hubungan kami semakin dekat.
Jika memasuki waktu liburan semester, kami kompak tidak liburan namun lebih sering mencoba untuk bisnis kecil-kecilan, selain untuk mengisi waktu luang, hal itu juga kulakukan untuk menimba ilmu dan pengalaman. Kami memang sangat tertarik untuk merambah dunia pemburu dolar, baginya bisnis adalah caranya beribadah, menafkahkan sebagian harta di jalan Allah, sementara bagiku, bisnis adalah jalan untuk mengumpulkan modal demi jadi kampanye presiden suatu saat nanti, mencari syafaat dengan jadi pemimpin yang amanah.
Kini kami mantap untuk melangkah ke rencana selanjutnya, Plan C, yaitu membuka rumah makan yang khusus menyajikan menu ikan asin, mulai dari ikan asin original, ikan asin rica-rica, ikan asin sambal hijau, lalapan ikan asin, kerupuk ikan asin, dan lain-lain. Rangga juga telah merekrut seorang koki handal yang sehari-hari berprofesi sebagai pembawa radio, Ayuna Namanya, disingkat Ay. Seorang dara jelita peranakan Cina-Serui. Perawakannya mirip artis dari amerika latin, rambutnya panjang ikal, hidung mancung, dengan kulit putih bersih.
Jadi total partner bisnisku saat ini ada lima yaitu Rangga, Pace Abbas, Yosias, Ondo dan Ay. Setelah jajaran pengurus beres, kini halaman rumah tersebut kami sulap menjadi cafe ala pinggiran, ada gerobak mini dilengkapi meja dan kursi bagi pelanggan, teras rumah kuubah menjadi tempat lesehan, ada lampu taman di beberapa titik, temboknya ditempelkan stiker wallpaper, seragam karyawan juga yang milenialis, dengan kaos polo dan celana jeans.
Aku juga sudah membagi tugas mereka masing-masing, Rangga melakukan pembukuan, pengawasan dan pengembangan produk. Menu dan desain bungkusan ikan asin merupakan rancangannya, sementara Ay bertugas untuk memasak, Ondo bertugas untuk melayani pelanggan dan melakukan pengantaran pesanan, Pace Abbas dan Yosias bertugas untuk menemaniku mencari stok produk di tingkat produsen,
Toko ini kubangun dengan modal akumulatif yang terkumpul dari beberapa investor, mulai dari kas purna praja, masyarakat kampung dan uang pribadiku, jadi rencananya setiap bulan keuntungannya bisa kubagikan kepada mereka dalam bentuk deviden. Hal ini tentu akan bantu meningkatakan pendapatan masyarakat kecil. Konsep Ini memang sudah menjadi mimpiku sejak lama, mengembalikan konsep koperasi milik Mohammad Hatta kepada marwahnya.
Malamnya setelah semua persiapan selesai, aku sempatkan menelpon Amanda.
"Assallamuallaikum dek, gimana kabarmu?"
"Waallaikumsalam mas, Alhamdulillah baik, mas sendiri gimana?"
"Alhamdulillah baik juga, aku punya kabar gembira buat kamu,"
"Oh iya, apa itu mas?
"Uangku udah mau nyampe dua ratus juta sayang."
"Alhamdulilllah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, cepatan ya mas, aku sudah gak tahan dijodohin terus sama papa,"
"Sabar ya, bentar lagi semua ujian ini akan berakhir."