Penyu di Mandena

Laode Buzyali
Chapter #26

Jalan Menuju Puncak

Labuan Bajo, 20 Juli 2015. Setelah melangsungkan akad nikah seadanya di Masjid Agung Serui pada hari itu, dua minggu kemudian, Prosesi Pernikahan Purna Praja dilangsungkan dengan meriah di Kabupaten Grobogan Provinsi-Jawa Tengah, kampung halaman Amanda. Tak kurang dari seribu tamu undangan hadir, mulai dari Bupati Yapen beserta rombongan, Perwakilan pejabat pemda setempat, Investor dari Jakarta, rekanan bisnis Pak Yusuf, Bu Nanik beserta semua stafnya dari Yogyakarta. Begitu juga dengan Yosias, Sarah, Ondo, Ay, Rangga, bahkan Nelson ikut hadir dengan penyamaran ala detektif. Katanya sudah biasa seperti itu.

Bima dan Orang Tuanya sudah pasti tak hadir, mereka masih kesal setelah dipermalukan oleh Pak Yusuf. Sehari sebelum akad nikah dilangsungkan, Rangga tiba di Grobogan segera bertemu dengan Pak Yusuf membawa cek berisikan nominal uang 500 juta yang dimintanya padaku. Awalnya, Pak Yusuf sudah siap merelakan semua warisannya dan biarkan Amanda bebas memilih pria yang dicintainya, karena pada saat itu statusku masih sedang dalam pencarian, namun Amanda sudah membulatkan tekad untuk membantu ayahnya dan warga kampung, sehingga bersedia menerima lamaran itu.

Namun setelah kedatangan Rangga, Pak Yusuf tanpa ragu langsung mendatangi rumah Pak Heru dan mengutarakan niatnya untuk membatalkan pernikahan. Niatnya ini ditentang keras oleh Bima yang ingin tetap menikah karena undangan sudah terlanjur disebar, namun Pak Yusuf teguh pada pendiriannya, ia tak rela menikahkan putri semata wayangnya pada laki-laki yang tak dicintainya, menurutnya pernikahan dengan niat untuk membayar utang tak diperbolehkan dalam agama.

Pak Heru mencoba untuk bernegosiasi dengan temannya itu, berusaha membujuk dengan sejumlah uang dan menjanjikan lahan yang luas lengkap dengan bibit hewan ternak di dalamnya, ia tentu tak mau kehilangan muka dan dipermalukan dengan cara seperti itu, namun Pak Yusuf memang sudah lama menunggu kesempatan ini untuk menyelamatkan masa depan putrinya dan memberi pelajaran pada temannya yang sombong itu.

Malam itu juga, Pak Yusuf langsung menyebarkan informasi kepada seluruh keluarganya perihal pembatalan pernikahan tersebut. Ia meminta maaf kepada semua orang yang telah menerima undangan. Amanda yang sedang dipingit, terkurung dalam kamar, kaget tak percaya mendengar kabar tersebut, apalagi uang yang diterima oleh ayahnya adalah uang dari Salman. Ia berlari keluar hendak bertemu dengan Rangga.

"Dimana Salman? Apakah ini juga salah satu rencananya?"

"Saya hanya menjalankan pesan terakhir dari sahabat saya sebelum berangkat malam itu."

Rangga kemudian menceritakan semua perjuanganku selama ini, apa yang tak pernah kuceritakan pada Amanda. Khususnya tentang berulang kali masuk ruang perawatan karena sakit dan perkelahian. Air mata Amanda tak berhenti mengalir mendengar cerita itu, ia sedih tak bisa mendampingiku disaat-saat sulit.

Setiap hari ia menanti dengan terus berdoa, hingga akhirnya mendapatkan kabar tentang keberadaanku dari Rangga, tanpa menunggu ia dan orang tuanya segera berangkat ke Serui ingin segera bertemu denganku. Sebelum turun dari pesawat, ia sempat berpapasan dengan Haura, bahkan sempat melihat gelang penyu milik Haura, ia merasa gelang itu begitu mirip dengan yang diberikannya padaku. Namun karena tidak saling mengenal, mereka hanya saling bertukar senyum. Kemudian, ia turun dan bertemu denganku di bandara.

Itulah yang terjadi selama aku terdampar dan tak sadarkan diri di rumah sakit, rencana itu kusampaikan pada Rangga malam sebelum kecelakaan. Jadi, rencana utama yang aku susun di dalam kamar kos di Jatinangor, bukan sekedar jualan, melainkan membangun merk, kemudian meraih untung, dan lahirlah laporan keuangan yang sehat. Dokumen itu yang disertakan bersama proposal untuk menggaet Investor. Saat Brand Supermarket membatalkan perjanjian dengan kami begitu mengetahui kondisi toko dan produk ikan yang tak kunjung datang.

Lihat selengkapnya