Penyu di Mandena

Laode Buzyali
Chapter #4

Yapen

Jayapura, 20 Juni 2014. Dari kaca jendela aku melihat langit biru muda dengan gumpalan awan yang berbaris-baris, angin bertiup lembut mengayunkan dahan dan ranting pohon, tempat parkiran penuh dengan kendaran roda dua dan roda empat, para pegawai lalu lalang sibuk dengan kerjaannya masing-masing, wajah kami semua nampak segar, aura positif pasca kelulusan terus memancar, tenggelam dalam euforia menyandang status Purna Praja

Beginilah rasanya menghirup udara kebebasan setelah empat tahun menempa diri, tak ada lagi suara teriakan pengasuh, tak perlu lagi begadang untuk piket jaga posko, dan tak perlu lagi bangun subuh untuk aerobik. Walaupun begitu, aku tetap mendirikan shalat subuh dan melakukan olahraga ringan. Aneh saja rasanya jika tidak melakukan rutinitas itu.

Layaknya seorang prajurit yang mengenakan zirah, kamipun demikian, seragam cokelat dengan bahan kain, sepatu dinas hitam dan ikat pinggang hitam, dengan pin alumni berbentuk bintang segi delapan terpampang di atas papan nama, sinarnya masih terlihat dari kejauhan, sama seperti nyala semangat kami yang sedang membara.

Hari ini motivasiku berlipat ganda, bukan hanya karena ini adalah hari perdana masuk kantor, akan tetapi komunikasiku dengan Amanda kembali terjalin seperti sedia kala. Semalam, sekitar pukul dua malam, ia menelpon, bercerita tentang banyak hal, tapi tak sekalipun ia bicara soal kejadian malam itu, akupun tak berani menanyakannya. Takut membuat perbincangan kami menjadi batu es, jadi kami hanya fokus untuk melepas kerinduan.

Senang rasanya Amanda telah kembali seperti dulu, sikapnya yang seperti itu selalu mampu mengalirkan ion-ion positif dari sumsum tulang belakang hingga memenuhi seluruh bagian tubuhku, menembus hingga relung hati yang terdalam buat tubuh segar bugar sepanjang hari, suaranya lebih menarik ketimbang kicauan burung kenari atau bahkan lebih merdu dari suara Raisa sekalipun.

Kami semua duduk melingkari meja bundar, menunggu kehadiran Pak Hery Lora, Sekretaris Daerah Provinsi Papua yang juga merupakan seorang alumni APDN lulusan tahun 1988, beliau merupakan salah satu senior yang cukup disegani karena perjalanan karier yang luar biasa dan segudang prestasi kerja, berbagai jabatan telah diembannya, mulai dari level bawah hingga puncak tertinggi, mulai dari kepala sub bagian, kepala seksi, lurah, camat, kepala dinas, sekretaris daerah di Kabupaten, hingga sekarang menjabat sebagai Sekretaris Daerah di Provinsi.

Beliau juga pernah dinobatkan sebagai Camat Teladan se-Indonesia, bahkan sebulan yang lalu Pak Menteri Dalam Negeri sempat meminta beliau pindah ke Jakarta untuk mengisi jabatan strategis. Namun, beliau menolak dengan alasan kisah pengabdiannya untuk Papua masih belum selesai. Semua prestasi kerjanya itu diraih dalam waktu kerja sekitar 25 tahun. Lebih seperempat dari rata-rata umur manusia saat ini.

Aku terkagum-kagum mendengar cerita itu dari seorang teman yang berasal dari Papua, Binus Namanya, kebetulan ia termasuk dalam barisan purna yang beruntung karena tidak disebar ke daerah lain, melainkan di daerah asalnya sendiri. Dengan suara pelan, Binus membocorkan informasi bahwa Pak Gubernur berencana ingin menempatkan kami ke seluruh wilayah kabupaten/kota yang ada di Papua. Ia sudah melihat lembar disposisi via Whatsapp, tinggal menunggu dikeluarkan surat penempatannya saja.

Informasi itu ia dapatkan dari kakak kandungnya yang juga merupakan Purna Praja IPDN angkatan tiga belas, Martinus namanya, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Bagian Umum Provinsi Papua, Setelah mendengar kabar tersebut beragam ekspresi terlihat dari wajah teman-temanku, ada yang antusias dengan petualangan baru dalam hidupnya, ada yang sedih karena harus semakin jauh dari keluarganya di kampung halaman, ada juga yang ketakutan bertemu dengan suku primitif dan anggota separatis di daerah merah.

Menurutmu sokab, daerah mana yang paling aman?” tanya isak seorang teman dari Provinsi NTT.

Dimana saja aman, utamanya wilayah pesisir, daerah gunung memang agak bahaya, karena ada banyak basis gerakan separatis.” jawab Binus

Daerah pesisir itu dimana saja?” tanya isak penasaran

Jayapura, Yapen, Biak, Merauke, Nabire, Waropen, itu beberapa daerah pesisir.” jelas Binus

Kalau daerah gunung?”tanya isak kembali

Kalau daerah gunung itu seperti Wamena, Puncak Jaya, Intan Jaya, dan beberapa lainnya.

semoga saja saya tidak dapat di daerah itu.” kata Joko, alumni dari Jawa Tengah.

Daerah gunung memang penuh dengan resiko, tapi tunjanganx besar sekali, bisa belasan sampai puluhan juta dalam sebulan, jadi satu tahun saja kalian sudah bisa beli rumah dan mobil dengan cash tanpa kredit.” kata Binus

Serius sokab?” kataku menyambar secepat kilat, seperti singa lapar menemukan sepotong daging. Entah kenapa sejak pertemuan dengan Pak Yusuf, kapasitas kelima indra di tubuhku meningkat pesat, seperti manusia super, segala sesuatu yang berbau uang akan tercium sejak radius lima kilomoter.

Bah, sa serius, itu kan tunjangan kemahalan, belum lagi biaya operasionalnya, makanya banyak purna di gunung, kalau turun ke kota kerjanya cuman buat belanja, hehe,” lanjut Binus terkekeh

Memangnya kalau di pesisir tidak sokab?” kata oskar, alumni asal kalimantan

Tidaklah, pesisir kan aksesnya mudah, barang-barang juga tidak mahal seperti di gunung, makanya tunjangannya menyesuaikan, kalaupun ada gak akan lebih dari dua juta untuk pegawai baru seperti kita,

Aku berharap mendapatkan penempatan di daerah pegunungan Papua, apapun resikonya akan kuambil, ini sudah masuk dalam strategiku, mencari daerah dengan tunjangan pegawai yang tinggi, sehingga nominal setengah miliar rupiah bisa segera dikumpulkan. Aku jadi semakin bersemangat.

Diskusi kecil kami berakhir saat Pak Sekda memasuki ruang rapat ditemani ajudan dan beberapa orang pegawai, mengenakan baju keki dan sepatu kets warna hitam bermerek, perawakannya tinggi besar kutaksir sekitar 180 cm, kulitnya hitam manis, wajahnya tampan mirip artis Hollywwod Michael B. Jordan. Kami semua berdiri menyambut kedatangan beliau,  

Selamat Pagi Semua, silahkan duduk!” Sapa beliau sambil mempersilahkan duduk

Selamat pagi pak!” jawab kami serentak lalu kembali duduk setengah kursi dan wajah tertuju pada beliau

Bagaimana kabar kalian hari ini?” tanya beliau sambil melihat wajah kami satu per satu

Siap, baik pak.” jawab kami

Masih semangat y?” tanya beliau lagi

Siap, masih pak.” jawab kami

 “Baik, Pertama-tama, saya ingin mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, karena adik-adik semua bisa tiba di tempat ini dengan selamat, saya juga mengucapkan selamat atas pelantikan kalian sebagai Pamong Praja Muda, beberapa hari yang lalu, selamat datang di dunia pengabdian tanpa batas, percayalah, kalian adalah Putra Putri terbaik bangsa yang dipilih untuk mengemban tugas yang mulia.” kata beliau dengan lugas tanpa jeda

Saya juga ingin mengucapkan selamat datang di tanah Papua, kampung halamannya pace mace, jangan takut, karena disini orang papua juga makan nasi, bukan makan manusia.” canda beliau berusaha memancing gelak tawa untuk mencairkan suasana tegang yang terlihat di raut wajah kami, namun karena takut ditegur oleh senior lainnya yang hadir di ruangan itu, kami cuman bisa tersenyum tipis.

Saya harap kalian betah dan bisa memberikan versi terbaik dari diri kalian untuk melayani tanah Papua, karena ingat kita jadi Pamong bukan untuk diakui, tapi untuk melayani.

Lihat selengkapnya