-Pelangi tak berjanji bahwa ia akan selalu ada, jangan risau dan gelisah, berdirilah diatas bukit, lihat keatas, tempat awan bertasbih seirama angin yang bertiup, hujan akan segera datang lalu pergi, pelangi belum tentu hadir, tapi aku akan datang sebelum senja redup ditelan malam, -pipi merah jambu-
Itulah seuntaian syair yang diterimanya pagi ini. Awalnya kehadiran kertas dan setangkai mawar di atas meja bisa membuat Amanda sedikit melupakan rasa sepi karena tak mendengar suaraku. Namun, saat ini kedua hal tersebut dirasa kurang, karena penyakit rindu yang dideritanya kian akut, ia ingin melihat secara langsung.
Ditambah lagi rekaman cctv yang diputar juga tak mampu mengungkap identitas pengirim bunga, keterangannya sama persis seperti yang dikatakan Bude Martha beberapa waktu lalu. Pria dengan sweater dan kacamata hitam. Sekilas sosok itu mengingatkannya pada dua sosok pria, satunya Salman, satunya lagi, sosok pria yang tak pernah ingin ia jumpai lagi seumur hidupnya, mengingatnya saja sudah membuat ia merinding ketakutan.
Manda terus memikirkan hal tersebut sampai mengabaikan makan siang yang sudah diantar pelayan sejak lima belas menit yang lalu, ia sudah seperti detektif yang berusaha mencari celah pelaku kejahatan, asyik dengan khalayan di tengah keramaian kantin yang terletak di samping kompleks perkantoran. Ibu-ibu teman kantor yang menemaninya pun sudah mendahului kembali ke ruangan. kini ia sendirian duduk menatap santap siangnya.
Tanpa sadar kehadirannya disitu telah membuat para pria betah berlama-lama menghabiskan waktu duduk di kantin, semuanya berusaha mencuri pandang melihat ke arahnya. Belakangan ini telpon genggam Amanda sibuk menerima penggilan dan pesan WA dari nomor tak dikenal, sebagian besar berasal dari para pria yang hendak berkenalan dengannya, ada juga yang secara blak-blakan mengajaknya untuk berkencan.
selagi janur kuning belum melengkung, maka setiap pria punya kesempatan yang sama
Mungkin itulah motto hidup mereka saat ini. Amanda yang mulai gerah terkadang harus memblokir beberapa nomor yang kelewat agresif dan berpikir untuk membeli nomor baru, hanya untuk menghindari semua gangguan itu. ia sedikit kesal dengan teman kantor yang memberikan nomor kepada orang lain tanpa meminta ijinnya terlebih dahulu.
Sebenarnya kondisi serupa sudah sering ia alami. namun kali ini terasa berat karena tak ada aku di sampingnya, menurutnya aku paling jago urusan nasehat dan sikap apa saja yang harus diambilnya, satu pesan yang masih diingatnya sampai saat ini adalah bahwa semua hubungan bermula dari kedekatan, entah apapun bentuknya, mulai dari makan bareng, jalan bareng, ngobrol bareng, bahkan kerja bareng.
Jadi, lebih baik mencegah hal itu terjadi daripada mengobatinya, bukan? karena percayalah mencegah lahirnya rasa suka jauh lebih mudah dilakukan ketimbang menghilangkan rasa yang sudah terlanjur dalam.
Kita ini manusia bukan malaikat, jangan sampai yang spesial malah tergantikan dengan yang selalu ada. Dalam Islam, bidadari saja bisa jatuh hati dengan manusia. Jadi, kamu harus waspada.
Itulah pesan kekasihnya selama menjalani hubungan. Semua itu dibuat untuk mengantisipasi kedatangan badai LDR seperti saat ini. Bencana yang tak kalah dashyatnya dengan masalah finansial sebelum menikah, LDR telah menjadi mimpi buruk bagi banyak pasangan kekasih di muka bumi ini.
Walau begitu, Aku tetap yakin bahwa dibalik masalah yang ditimbulkan, LDR telah memberikan ruang dan waktu bagi cinta untuk terus tumbuh menembus segala ketidakmungkinan, mengarungi dimensi ruang dan waktu, mereka yang berhasil melewatinya adalah yang terpilih untuk menjadi inspirasi bagi dunia
Amanda tersenyum mengingat ekpsresi wajahku saat mengatakan kalimat itu.
Drrrt...Drrt...Drrrt
Handphonenya bergetar, ada panggilan masuk.
"Haloo, assamuallaikum bu." kata Amanda
"Bisa ke ruangan sekarang, ada kerjaan?" kata Bu Nanik Pimpinannya
"Siap bu!" jawab Amanda.
Ia berdiri meninggalkan makanannya yang belum sempat ia sentuh, berjalan menuju kasir untuk membayar. Sesampainya disana, ia merogoh uang 50 ribu dari dalam dompet untuk melunasi gado-gado dan jus wortel yang dipesannya.
“Gak usah mba, sudah dibayar sama mas yang dipojok.” kata wanita penjaga kasir sambil melihat ke arah seorang pria yang duduk di pojokan. Manda menoleh, mengikuti arah pandangan kasir tersebut, ia berusaha mencari tahu siapa laki-laki yang telah berbaik hati membayar makan siangnya.
“Yang mana sih mba?” tanya manda sekali lagi karena belum menemukan orang yang dimaksud karena ada beberapa orang yang duduk di bagian pojokan.
“Itu mba yang posisi duduknya membelakangi kita,” Katanya sambil menunjuk
“Oke makasih y.” kata manda