Serui, 30 Agustus 2014. Kami baru keluar dari rumah sakit, menjemput Ondo yang selesai dirawat. Wajahnya sedikit bengkak, bekas pukulan oleh sekumpulan pemuda tak dikenal, polisi masih mencari tahu pelakunya, tapi kuat dugaan kalau itu adalah ulah para kompetitor yang merasa tersaingi, Rahim dan antek-anteknya. Kini penyelidikan untuk mencari barang bukti masih terus dilanjutkan.
Ondo cerita padaku bahwa musibah ini bermula saat toko kecil yang kubuka via kamar kos, terpaksa ditutup karena para tetangga mengeluh dan merasa terganggu dengan bau menyengat dari ikan asin. Pemilik kos tak punya pilihan selain meminta kami untuk segera pindah. Ondo yang tak ingin kehilangan pekerjaan, kemudian berusaha mencari lapak di pasar untuk berjualan ikan asin.
Awalnya tak masalah, namun, ia dengan polosnya menjual dengan harga yang jauh lebih rendah ketimbang penjual lainnya di lokasi yang sama sehingga membuat sebagian besar pedagang kehilangan pelanggan, omset mereka menurun drastis dan hal inilah yang akhirnya menyebabkan ia jadi bahan perbincangan dan kemudian dikeroyok hingga ditemukan tergeletak tak sadarkan diri di samping meja lapak jualannya. Semua barang jualan lenyap tak bersisa.
Musibah ini adalah satu pelajaran penting bagiku. Ondo bisa saja kehilangan nyawa karena ketidakmampuan diriku menyusun strategi dengan baik, aku tak mampu memperhitungkan setiap variabel yang berpengaruh pada bisnis ini, kerugian sudah pasti aku alami tapi yang terpenting Ondo masih selamat.
Akibat kejadian itu, uang yang kudapat dari hasil penjualan Ondo harus digunakan untuk biaya pengobatan dan relokasi tempat usaha, rencanaku sebelumnya untuk menabung harus ditunda sesaat, aku harus kembali bangkit karena kurang empat bulan lagi menuju masa penentuan, tak boleh lama-lama bersedih.
Kini, sebelum semua produk itu kujual kembali, aku harus merubah strategi terlebih dahulu, karena kalau kondisi penjualannya seperti ini terus, aku tidak akan bisa mengumpulkan uang sesuai target. Laba bersih Sepuluh Juta Rupiah dalam sebulan memang bukanlah angka yang kecil, namun bagiku itu adalah sebuah kegagalan, karena jauh dari target awal yang ditetapkan, selisihnya Tujuh Puluh Juta Rupiah.
Mungkin sudah saatnya untuk melancarkan strategi selanjutnya, Plan B. Rencana ini lahir dari sebuah perenungan terhadap rasa gelisah pedagang soal harga, padahal harga bukanlah hal yang paling penting dalam bisnis karena LV, Gucci, Ferarri, dan Rolex sudah membuktikan itu. Setiap orang akan rela merogoh kocek lebih dalam, jika mereka bisa mendapatkan hal yang setimpal dengan jumlah yang mereka berikan.
Kesadaran ini yang membedakan antara seorang pedagang dengan seorang pebisnis. Pebisnis tidak hanya sekedar menjual barang, melainkan membangun identitas diri dan pencitraan kedalam sebuah produk. Pikiran manusia yang unik dan penuh dengan misteri adalah cita rasa paling mahal yang selalu dinantikan.
Jadi, bisnis yang aku bangun, harus lebih dari sekedar berjualan ikan asin, kini aku harus menjual merk agar bisa lebih menjangkau pasar yang luas. Untuk mulai menjalankannya, aku telah pindah ke rumah kontrak yang baru, sewanya lebih mahal dari sebelumnya, namun lokasinya strategis untuk dijadikan tempat usaha karena tak ada tetangga di sekitar, sehingga tak perlu lagi khawatir soal bau ikan yang menyengat.
Papan nama toko juga sudah dicetak dengan ukuran 1 x 1,5 meter, kupasang tepat di dekat pintu masuk, aku juga telah memesan box kedap bau, sehingga semua ikan asin yang belum sempat dikemas, akan disimpan dalam box tersebut. Logo baru dan kemasan yang lebih menarik, kudesain mirip kemasan snack dengan gambar anismasi ikan di depannya.
Delivery order tetap dibuka, halaman di facebook dan instagram juga telah dimuat, bahkan penjualan di pelabuhan setiap kapal masuk juga sudah ada. Aku juga membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin menjadi reseller. Produk yang sudah dikemas dengan rapi kutitip ke kios-kios kecil, kedepannya aku akan menjalin kerjasama dengan pihak supermarket populer yang ada di Kota Serui. Metode penjualan sebelumnya yang efektif tetap kupertahankan, karena pegawai masih menjadi pangsa pasar utama dari produk milikku. Aku juga sudah menghubungi sahabat lamaku semasa di Jatinangor dulu untuk membantuku melakukan pembukuan dan rencana bisnis, kini tinggal menunggu kedatangannya saja, karena masih harus resign dari tempat kerjanya yang sekarang.
Setelah seminggu lamanya, Aku, Ondo dan Pace Abbas mempersiapkan semua itu, kini saatnya mengundang Bupati dan seluruh Purna Praja IPDN untuk ikut meresmikan toko kecil yang kubuka, kehadiran orang penting seperti beliau tentu akan menambah nilai jual produk yang kumiliki. Namun, karena beliau adalah orang yang super sibuk, tentu aku harus mencari satu alasan yang tepat agar beliau bersedia hadir, jadi tugasku bukan hanya sekedar mengantarkan undangan.
Senin, 8 September 2014, setelah upacara bendera di hari senin, aku segera menghadap Pak Bupati di ruang kerjanya, kusampaikan semua laporan terkait kondisi terkini Distrik Pulau Yerui mulai dari masalah kesehatan, sosial masyarakat sampai soal pendidikan dimana guru-guru kontrak sudah mulai rajin mengisi ruang kelas akibat laporan yang kusampaikan pada juli yang lalu. Beliau puas mendengar laporan itu, sesaat sebelum berpamitan, aku menyodorkan sebuah undangan untuk beliau.
"Undangan apa ini?" kata Beliau
"Ijin bapak, dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat, maka saya berinisiatif untuk membuka sebuah toko di Kota Serui sebagai wadah untuk menjual produk olahan masyarakat kampung agar mereka tidak lagi kesulitan mendapatkan harga jual yang layak." kataku
Setelah mendengar penjelasan singkat itu, dengan ekpresi datar, beliau tidak bisa berjanji akan datang, karena ada kesibukan lain, nanti ia akan mengutus pejabat terkait untuk menghadiri. Aku cukup kecewa mendapatkan jawaban itu, tapi mau bagaimana lagi, ia memang orang super sibuk di daerah ini, semoga saja ia bisa hadir, karena kami memang sangat membutuhkannya saat ini untuk meningkatkan popularitas produk.
Sehari kemudian, setelah sejam menunggu, belum juga ada tanda-tanda beliau akan hadir, begitupun perwakilannya, mungkin beliau lupa, aku berusaha untuk berbesar hati, karena para tamu undangan mulai gelisah, akhirnya, aku putuskan untuk memulai acara tanpa kehadiran Bupati, cukup Kak Roy sebagai Ketua IKAPTK sekaligus Sekretaris Daerah Kepulauan Yapen yang akan meresmikan toko tersebut.