Theo dan Catallina, tiba di depan pintu ruangan Lord Elias. Sebuah perasaan tegang melayang dalam udara ketika mereka melihat lima orang penjaga yang siap sedia, senjata-senjata mereka bersinar di bawah cahaya obor yang terpajang di dinding ruangan.
Dalam sudut ruangan di balik meja, terdapat seorang pria tua yang mereka kenali sebagai Jendral Dorgs, yang berdiri di samping Lord Elias sebagai pemimpin kota itu. Keseriusan situasi itu terlihat jelas dalam wajah-wajah mereka.
Catallina, tanpa ragu dan dengan suara tegas, menyuarakan kekesalannya, "Lord Elias, apa yang Anda rencanakan adalah sebuah kejahatan yang tak termaafkan!"
Lord Elias, yang duduk dengan tenang di balik meja besar, memandang mereka dengan sinis. "Ada apa ini, tuan putri? Kalian masuk ke ruangan saya tanpa izin dan langsung marah-marah. Apa kalian tidak tahu sopan santun?" ia berkata dengan suara dingin.
Theo, yang berdiri di samping Catallina, menjawab dengan tenang, "kami datang untuk menghentikan tindakan kejam yang akan Anda lakukan besok malam! Kami tahu semua tentang rencana Anda!"
"Tindakan kejam? Apa maksud kalian? Tidak bisakah kalian menjelaskan dengan lebih jelas?" ujar Lord Ellias dengan pura-pura tidak tahu.
"Tak perlu! Aku sudah mendengar rencana kalian dari salah satu mata-mata kami. Para korban akan kalian habisi untuk mencegah wabah semakin menyebar! Apa kau masih pura-pura tak tahu?" jelas Catallina dengan penuh penekanan disetiap katanya.
"Kau, beraninya!" bentak Jendral Dorgs geram. Ia akan mengambil pedangnya dari sarungnya dan akan menyerang mereka berdua, namun Lord Ellias mengangkat tangannya dan memberi isyarat agar ia berhenti.
Lord Ellias terdiam sejenak, lalu ia memejamkan matanya dan menghela napas panjang. Ia berkata dengan suara datar, "itu benar ... itu adalah hasil dari keputusan rapat para tetinggi kota, dan semua telah setuju dengan keputusan ini."
"Keputusan kalian itu tidak akan membuat solusi, namun menambah masalah!" protes Theo dengan keras.
Jendral Dorgs, yang tidak bisa menyembunyikan kemarahannya lagi, berkata dengan nada tinggi, "kalian tak punya hak untuk bersikap seperti ini! Kami sedang mencoba menyelamatkan kota ini dari ancaman wabah!"
Catallina, menjawab dengan penuh amarah, "dengan membunuh orang-orang yang telah terjangkit wabah? Apakah itu benar-benar jalan yang kalian pilih? Apakah kalian tidak punya hati nurani?"
Di dalam ruangan ini, pertarungan kata-kata yang memanas terjadi. Theo dan Catallina berhadapan dengan Lord Elias, Jendral Dorgs, dan lima orang penjaga lainnya. Mereka saling melemparkan argumen-argumen yang saling bertentangan, dengan perbedaan argumen masing-masing pihak yang bertabrakan.