Uldor, Gorstag, dan Tobias berdiri di depan pintu yang melindungi rahasia penyimpanan penawar itu. Ruangan itu terlindungi dengan ketat oleh penjaga-penjaga yang telah berpengalaman dalam bertarung. Karena mereka mengetahui bahwa di balik pintu ini, harapan bagi kota ini.
Tobias mencoba untuk mengecoh mereka, ia maju. "Kalian tau siapa aku? Aku adalah Wakil Jendral Tobias, dan aku diperintahkan untuk mengambil penawar yang ada di ruangan ini."
Para sekumpulan prajurit itu tertawa lalu salah seorang mendekat. "Penawar apa maksudmu?" ujarnya dengan wajah mengolok.
Tobias yang tersinggung segera mengambil pedangnya dan dengan cepat menebas kepala prajurit yang berdiri dihadapannya.
Prajurit yang lainnya terkejut lalu tak lama mereka berteriak maju kearah Tobias.
Tobias menatap rekan-rekannya dengan serius, wajahnya dipenuhi dengan determinasi. "Kita harus menghadapi penjaga-penjaga ini. Mereka tidak akan membiarkan kita masuk begitu saja."
Gorstag, yang memegang palu besarnya dengan kuat, mengangguk setuju. "Aku suka gayamu."
Uldor menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tak kusangka wakil jendral ini sama-sama gila seperti Gorstag."
Mereka bergerak maju, menghadapi penjaga-penjaga yang siap bertempur. Pedang-pedang terhunus menggigil dalam cahaya obor-obor yang redup. Pertarungan segera pecah, dengan serangan yang cepat dari kedua belah pihak.
Uldor dan Gorstag dengan nekat berusaha mengalihkan perhatian penjaga-penjaga dengan serangan yang kuat, sementara Tobias memusatkan perhatiannya untuk mencari peluang mendapatkan penawar.
Uldor berteriak, "Gorstag, ke arah kanan!"
Gorstag mengangguk dan menjawab, "tak usah sok memerintah sialan!"
Kerjasama mereka yang cermat membuat mereka berhasil menggiring penjaga-penjaga ke arah yang berlawanan, memecah fokus dan koordinasi mereka.
Sementara itu, Tobias melesat maju mengalahkan prajurit didepannya lalu setelah ia berhasil menerobos, ia melihat ada ruangan lagi di dalam ruangan ini. Ia mulai menjelajahi lorong-lorong gelap, mencari-cari pintu menuju ruangan penyimpanan.
Tobias berbicara pada dirinya sendiri, "di mana pintunya?"
Langkahnya hati-hati menyusuri lorong gelap tersebut, dan akhirnya, dia menemukan pintu yang diincar. Dengan perlahan, dia mencoba membukanya. Pintu itu terbuka pelan, terlihat ruangan penyimpanan yang berisi penawar yang sangat dicari.
Tobias berbisik marah pada dirinya sendiri, "ini dia ... dasar kalian orang tua bajingan!"
Pandangan tajam Tobias tertuju pada sebuah meja kecil yang tersembunyi di sudut gelap ruangan. Di atas meja itu, tersusun rapi beberapa botol kecil berisi penawar yang sangat dibutuhkan. Jantungnya berdebar kencang, dan dia merasakan ketegangan melanda dirinya, menyadari betapa vitalnya penemuan ini dalam situasi yang genting.
Tobias berkata, "inilah yang kita cari."
Dengan gerakan hati-hati, dia meraih beberapa botol, meletakkannya dengan hati-hati di dalam tasnya. Setiap botol yang dia simpan adalah potongan dari kunci yang mungkin dapat menghentikan wabah mematikan ini.
Sementara itu, pertarungan sengit antara Uldor, Gorstag, dan para penjaga terus berkecamuk. Mereka berjuang dengan penuh kegilaan, menghindari serangan musuh, dan kadang-kadang melepaskan pukulan balik yang brutal. Keringat mengalir deras dari tubuh mereka, tetapi semangat mereka untuk mendapatkan penawar membuat mereka tak kenal lelah.
Uldor berteriak, "Tobias, cepat! Kami tidak bisa bertahan lebih lama!"
Tobias mendengar seruan Uldor dan bergerak cepat menuju pintu. Namun, ketika hampir mencapainya, salah satu penjaga berhasil menyerangnya dengan tiba-tiba. Dengan refleks cepat, Tobias berhasil menghindari serangan tersebut, meskipun akhirnya terjatuh ke lantai.
"Sialan, kau prajurit rendahan berani sekali melawan pimpinanmu!" Tobias berteriak.
Uldor dan Gorstag tetap fokus pada pertarungan, meskipun mereka menyadari bahwa teman mereka dalam bahaya. Mereka harus menyelesaikan pertarungan ini secepat mungkin untuk menyelamatkan Tobias.
Uldor menghindari serangan penjaga dan berkata, "Gorstag, kita harus mengakhiri ini!"
Gorstag mengangguk tegas. "Setuju! Ikuti aku!"