Peperangan dan Ambisi: Buku 2. Emas-Emas Yang Akan Terkikis

Sicksix
Chapter #4

30. Perjuangan Catallina

Pertempuran dimulai dengan sebuah serangan mendadak dari salah satu penjaga, senjatanya melesat menuju Theo. Dengan gerakan refleks yang cepat, Theo menghindari serangan tersebut, dan mendorong penjaga tersebut ke belakang, dan memberikan pukulan kecil pada tubuhnya. Penjaga itu terhuyung, dan Catallina yang berdiri di belakang Theo segera menyerang dengan lesatan anak panah berturut-turut, membuat salah satu penjaga terkapar di lantai. Mereka berhasil memecah kurungan itu.

Catallina berjuang melawan dua penjaga yang lain. Ia melesatkan anak panahnya pada prajurit yang paling depan, namun prajurit lainnya berhasil menangkis panah itu dengan tebasan pedangnya. Belum berhenti sampai di situ, Catallina mendaratkan pukulan pada prajurit yang menangkis serangannya tadi, namun bersaman dengan itu, prajurit yang dilindungi tadi tiba-tiba muncul dengan tusukan pedangnya. Catallina yang sempat terkejut, bisa menghindar, tapi tidak mengurungkan niatnya untuk masih menekan dua prajurit itu, Namun, penjaga juga tak mau kalah, mereka masih terus menyerang dengan sengit.

Di sisi lain Theo, telah menyelesaikan pertarungannya, ia berlari mendekati Catallina dan dengan cepat memberikan bantuan. Kedua mereka berkerjasama, menghadapi penjaga yang tersisa dengan gerakan yang sudah terlatih. Dalam beberapa saat, penjaga terakhir juga terjatuh, melengkapi kemenangan mereka dalam pertempuran ini.

Tubuh-tubuh para penjaga yang tergeletak di lantai, beberapa di antaranya terluka parah. Darah mereka mengotori lantai yang semula bersih.

Jendral Dorgs, yang telah menyaksikan pertarungan Theo dan Catallina dari dekat, bergerak mendekat ke arah mereka berdua. Ia meninggalkan posisinya yang selama ini setia berada di samping tuannya, Lord Tobias. "Sudah kuduga, mereka bukan lawan kalian. Aku tak suka banyak bicara," kata Jendral Tobias sambil merubah langkahnya menjadi lebih cepat. Setelah berada di jarak serangan, ia mengeluarkan pedang besar dari sarungnya, pedang putih yang tampak sangat berat. Senjata itu memiliki dua mata tajam yang mengkilap di setiap sisinya. "Bagaimana kalau kita langsung mulai saja!"

"Cata, kau sanggup?" tanya Theo sambil menoleh pada Catallina.

"Jangan merubah rencananya, kau meremehkanku, hah?!!" jawab Catallina dengan geram sambil melesat mendatangi Jendral Tobias, menggenggam pedang tipis di tangan kanannya dan busur otomatis di tangan kirinya.

TRANKKK!!!

Terdengar suara keras saat dua besi bertemu dalam ruangan itu. Catallina berhadapan dengan Jendral Dorgs, yang tampak kuat dan berpengalaman, menghunus pedangnya dengan senyum meremehkan. "Mengejutkan! Ternyata kau bisa menahannya, Tuan Putri," kata Dorgs sambil memasang wajah ganasnya.

Catallina tetap menjaga pegangan pedangnya dengan kuat. "Aku tidak akan membiarkanmu hidup!"

Dorgs terus menekan dengan bergerak maju. "Kau pikir kau bisa melawanku, putri?"

Pertempuran pun dimulai. Meskipun Catallina tidak memiliki pengalaman bertarung seperti Dorgs, dia bisa menghindari serangan pedang Jendral dengan gerakan lincah.

Sementara itu, Theo dengan hati-hati menyusup ke depan, melewati Jendral Dorgs dan Catallina, menuju Lord Elias yang tampaknya tengah melakukan sebuah gerakan aneh di balik mejanya. Theo menduga bahwa Lord Elias tengah melakukan sebuah ritual gelap. Lord Elias mengenakan jubah yang serupa dengan yang dikenakan oleh para pengikut iblis di hutan Okren. Matanya terpejam, dan tubuhnya dipenuhi oleh kegelapan.

Theo melompat ke atas meja dengan hati-hati. Saat pijakan kakinya mendarat di atas meja, kertas-kertas dan alat tulis berserakan terhambur, dan kemudian Theo melompat lagi sambil mengayunkan pedangnya menuju Lord Elias yang berada di bawahnya. Namun, sebelum pedangnya dapat mengenai sasaran, Lord Elias dengan cepat membuka mata dan menghindari serangan itu dengan tiba-tiba.

Lord Elias berbicara dengan suara gelap. Matanya berubah merah, dan bayangan gelap mulai muncul di sekitar tubuhnya. "Kau mau menghentikanku, Pangeran Suci?"

"Kau benar-benar pengikut iblis," kata Theo dengan tidak percaya.

Seketika itu, dua pertempuran sedang berlangsung di dalam satu ruangan. Dorgs dan Catallina terus berjuang dalam pertarungan yang sengit, dengan pedang mereka bertabrakan dan berdenting dalam serangkaian serangan dan pertahanan yang tak henti.

Dorgs menyerang dengan ganas. "Kau tidak punya peluang melawan ku, tuan putri!"

Lihat selengkapnya