Duel yang berlangsung antara Theo dan Lord Elias adalah pertarungan yang semakin meradang, menjadi medan pertempuran antara kebaikan dan kejahatan, cahaya dan kegelapan. Mereka berdua terlibat dalam duel sengit, mengayunkan pedang mereka dengan luar biasa.
Theo, memegang pedang tipis yang memancarkan cahaya biru yang memantul dari besi pedangnya, membiarkan pedangnya berkilat di udara saat ia dengan cepat mengayunkannya, berusaha menyerang Lord Elias.
Sementara itu, Lord Elias, dengan pedang yang terlapis dalam aura kegelapan, menghadapi serangan Theo dengan balasan yang ganas. Setiap ayunan pedangnya mengeluarkan gelombang kegelapan, berusaha memadamkan cahaya yang dipancarkan oleh pedang Theo.
"Kau tidak akan berhasil, Lord!" Theo berteriak menggetarkan.
Lord Elias, dengan suara yang gelap dan mata yang memancarkan kengerian. "Kau tidak bisa menghentikanku, Theo!"
Pertempuran mereka terus berlanjut, keduanya saling menghindari serangan satu sama lain. Kilatan pedang mereka menciptakan permainan cahaya dan bayangan yang melintas cepat di sekitar ruangan yang gelap. Suara berdentingnya logam terus beeputar dalam ruangan itu.
Theo mencoba untuk mengeluarkan serangan-serangan yang cepat dan cerdas, berusaha untuk mengecoh Lord Elias. Namun, Lord Elias adalah lawan yang tangguh, dengan refleks yang tajam, dia dengan gesit menghindari setiap serangan yang diarahkan padanya.
Saat pertempuran semakin memanas, kekuatan Theo mulai merosot, meredup seiring berjalannya waktu. Lord Elias, dibantu oleh kekuatan gelap yang mengerikan, semakin mendesaknya, mencoba menemukan celah dalam pertahanan Theo yang semakin rapat.
Lord Elias tersenyum dengan penuh kejahatan, menggoda Theo. "Kau akan terjepit, Pangeran Suci!"
Dengan napas tersengal, Theo bersikeras. "Tidak ... aku ... tidak akan menyerah ...."
Theo terus berjuang, untuk menahan serangan-serangan kegelapan yang terus mengancamnya. Pedangnya, yang dulunya berkilat terang, kini semakin redup karena intensitas pertempuran yang melibatkan energi kegelapan yang mengerikan.
Tanpa disadarinya, Theo mendapati punggungnya telah menyentuh dinding, dia terpojok, tanpa kemampuan untuk menghindar. Kini, ia terjebak dalam sebuah sudut, tanpa ruang untuk bergerak, terkunci oleh kekuatan yang tak dikenal.
"Hahaha! Sekarang, kau tak punya tempat untuk lari," ujar Lord Elias dengan angkuh. Lalu, ia mengangkat pedangnya tinggi ke atas. Kembali, kegelapan merayap dan melingkupi pedangnya.
Dengan Lord Elias berdiri di depannya tanpa pertahanan yang nyata, ini adalah kesempatan emas bagi Theo. Namun, anehnya, Theo merasa dirinya tertekan, tubuhnya terasa seolah-olah ditempelkan ke dinding, tidak dapat bergerak dengan bebas.
"Selamat tinggal pewaris tahta kaisar!" teriak Lord Ellias sambil mengayunkan pedangnya dari atas ke bawah, dengan niat jahat untuk membelah Theo menjadi dua.
"Theo!!!" seru Catallina dari salah satu sudut ruangan, suaranya penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran.