Theo dan Catallina menatap Lord Elias yang terluka, dan rasa penasaran memenuhi pikiran mereka. Lord Elias, yang merasa kalah dan kekuatannya memudar, akhirnya memutuskan untuk berbicara.
"Kalian... kalian pasti ingin tahu, bukan?" hela nafas Lord Elias.
Theo dan Catallina saling pandang, penuh harap.
"Ya," jawab Theo dengan hati-hati. "Kami ingin tahu mengapa Anda melakukan semua ini."
Catallina bergabung, ekspresi penasaran menghiasi wajahnya. "Dan mengapa Anda menciptakan wabah ini?"
Lord Elias terdiam sejenak, mencari kata-kata yang tepat. "Aku melakukan ini ... untuk menghidupkan kembali kedua anakku ... dan istriku."
Theo terkejut. "Anak-anak dan istrimu?"
Catallina juga mengungkapkan kebingungannya. "Itu tak akan mungkin terjadi, kenapa?"
Lord Elias merasa sangat menyesal. "Iblis ... iblis memberi ku kesempatan. Ia mengatakan bahwa dia bisa menghidupkan mereka, tetapi dengan satu syarat ... tumbal sebanyak 100 nyawa. Dia ... dia menginginkan nyawa manusia sebagai tumbal."
Theo terkejut mendengarnya, "100 nyawa?"
Catallina melihat Lord Elias dengan ekspresi miris. "Itu sangat mengerikan."
Lord Elias, dengan rasa bersalah, menjawab, "aku merindukan mereka ... mereka adalah segalanya bagiku."
Theo menyadari keputusan sulit yang telah dihadapi oleh Lord Elias. "Tetapi, itu tidak bisa membenarkan tindakan Anda."
Catallina, dengan rasa simpati, mengatakan, "anda telah menyebabkan penderitaan banyak orang."
Lord Elias merasa sangat bersalah, "aku tahu ... aku tahu ... tetapi apa lagi yang bisa kulakukan? Aku terjebak dalam janjiku dengan iblis."
Theo mengingatkan, "ini sudah berakhir, Lord."
Catallina, dengan nada serius, menambahkan, "kami akan membawa anda ke pengadilan."
Lord Elias menerima takdirnya dengan pasrah. "Lakukanlah apa yang kalian inginkan."
Theo dan Catallina merasa campur aduk. Mereka menyadari bahwa Lord Elias, bagaimanapun juga, adalah korban dari tipu daya makhluk licik, Iblis. Tetapi mereka juga tahu bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk menyelamatkan kota Blanchill dari wabah yang mengerikan yang telah dia ciptakan.
Tidak lama pintu tiba-tiba terbuka, Theo dan Catallina terkejut saat pendeta kuil tiba-tiba muncul di antara mereka.
Pendeta dengan suara yang tenang mengatakan, "sudah saatnya menyelesaikan ini."
Theo dan Catallina tersentak kaget oleh kedatangan mendadak pendeta ini. Mereka saling pandang, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Pendeta menghadap Theo dengan tegas dan berkata, "anak muda, serahkan sisanya pada saya."
Theo, yang merasa bingung. "Sisanya? Apa yang Anda maksud?"
Pendeta kemudian mengarahkan pandangannya ke arah Lord Elias yang sudah diambang kematian, memberikan petunjuk tanpa kata-kata.