Eran terbangun dalam tendanya, mencoba bangkit dari tidurnya. "Ughh ..." Eran merintih perlahan, kepalanya masih terasa berat.
"Mungkin aku minum terlalu banyak semalam," keluh Eran, bergumam kepada dirinya sendiri. Dengan hati-hati, ia berdiri dan meraih tempat minumnya, meminum air segar yang mengalir ke tenggorokannya.
Setelah itu, Eran membuka sedikit pintu tendanya, memungkinkan cahaya pagi untuk masuk, dan ia mengintip ke luar, mencoba memeriksa situasi.
Eran melihat, banyak temannya yang terbaring di sekitar api unggun, yang kini sudah berubah menjadi bara hampir padam.
Mereka tidur pulas setelah malam yang panjang dan meriah. Tersebar di sekitar mereka adalah peralatan mereka, perisai, dan pedang yang diletakkan dengan sembrono setelah pesta semalam.
Eran merenung sejenak, mengamati teman-temannya yang masih tertidur di sekelilingnya, dan ia pun berbisik kepada dirinya sendiri. "Mereka sungguh tak tahu kapan harus berhenti, ya."
Setelah larut malam di tavern, mereka melanjutkan perayaan di dalam kamp mereka. Musik dan tawa riuh memenuhi udara, mungkin hingga dini hari. Eran merasa sangat lelah dan memutuskan untuk menarik diri lebih awal malam tadi.
"Eran ..." sebuah panggilan menyapanya saat itu, Eran mencari sumber suara itu sambil keluar dari tendanya.
"Ada apa, Cata?" tanya Eran, suaranya masih lirih akibat terbangun secara mendadak dan kaget oleh panggilan gadis cantik berambut coklat yang mendekatinya.
"Kau sudah bangun?" tanyanya, menyisipkan sebuah senyuman kecil.
Eran mengangguk dan mencoba mengusir sisa kantuk dari matanya. "Seperti yang kau lihat," jawabnya sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya.
"Bisakah kau menemaniku untuk berburu, Eran?" pinta Catallina yang terlihat sudah segar.
"Eh, berburu?" tanya Eran dengan ekspresi yang kebingungannya, dan Catallina mengangguk sebagai jawaban.
Eran menatap Catallina dengan sedikit pertanyaan. "Bukankah biasanya kau membeli bahan makanan bersama Taneaya di pasar Alku?" tanyanya, sambil mengarahkan pandangannya ke arah desa yang tampak tak jauh dari camp mereka, menunjuk dengan telunjuknya.
Catallina menggelengkan kepalanya, dan rambut coklatnya bergerak mengikuti gerakan kepala. "Koin kita akan habis jika terus membeli bahan makanan yang ada di pasar, Eran. Anggota band kita semakin banyak, dan satu porsi tak akan cukup untuk mengisi perut mereka, termasuk perutmu itu," Catallina menjelaskan dengan nada yang sedikit jengkel, dan pandangan tajam yang fokus. Eran merasa seperti dia sedang dikejar oleh kucing yang nakal.
Eran merasa terkejut dengan serangan kata-kata mendadak ini, dan tak tahu harus menjawab apa. "Wow, tenanglah, Cata. Aku cuma bertanya, kenapa kau cerewet sekali?" keluh Eran, masih merasa kebingungan oleh tanggapan yang sangat berlebihan ini.
"Sudah cepat jawab," ujar Catallina dengan nada mendesak, matanya memandang Eran seperti seekor burung elang yang siap menyambar mangsanya.
Eran merasa tertekan oleh tatapan tajam Catallina. Dia mencoba memutar otaknya untuk memberikan jawaban yang tak akan membuatnya semakin digertak oleh gadis itu. "Iya ... iya, jangan terlalu cerewet. Aku ingin berganti baju sebentar," pintanya sambil menunjuk ke tenda tempat dia tidur.
***
Catallina dan Eran melangkah perlahan ke dalam hutan Tossing Rill. Mereka memegang panah dan tongkat panjang sebagai senjata serta membawa tas yang berisi hasil buruan sebelumnya.
"Apa itu belum cukup?" tanya Eran, merujuk pada hasil buruan yang sudah ada, sambil menunjuk kelinci-kelinci dan jamur-jamur yang tergeletak di atas daun hijau di dekat mereka.
Catallina menggeleng, matanya sibuk mencari jejak-jejak binatang lain yang mungkin menjadi buruan. "Belum cukup. Kita butuh lebih banyak lagi. Kelinci sudah mulai sulit ditemukan di sekitar sini," jelas Catallina sambil menggerakkan kepalanya, mencari-cari tanda-tanda kehadiran buruan.
Eran memandang sekeliling hutan di sekitarnya. "Hm, seharusnya kita masuk lebih dalam ke dalam. Kemungkinan kita akan menemukan lebih banyak makanan di sana, pasti banyak rusa yang bisa kita bawa, aku pernah membawanya bukan?" usulnya, berharap bisa mendapatkan hasil buruan yang lebih memadai di dalam hutan.
Catallina terlihat berfikir sejenak, kekhawatirannya tumbuh karena merasa bahwa waktu semakin berlalu dan cuaca semakin cerah.
Namun, Eran bersikukuh dengan usulnya. "Sebentar saja, kita bisa mencoba berburu rusa. Mungkin mereka lebih mudah ditemukan di dalam hutan yang lebih dalam," rayu Eran.
Catallina merenung sejenak, mempertimbangkan usul Eran, lalu akhirnya setuju dengan syarat tertentu. "Baiklah, sebentar saja. Tapi jika kita tidak menemukan seekor rusa pun dalam waktu yang singkat, kita harus segera kembali ke camp. Kita tak bisa membuang terlalu banyak waktu," Catallina memberikan syaratnya.
Eran mengangguk setuju dengan syarat Catallina. "Tinggalkan saja semua hasil buruan kita di sini," sambil menunjuk pada tas yang berisi kelinci, jamur, dan sayuran yang telah mereka kumpulkan sebelumnya.