Eran dan Irlof melanjutkan perjalanannya ke sisi timur, melewati kegiatan sibuk yang tengah berlangsung di desa Alku. Saat mereka mencapai pintu keluar desa, pemandangan sebuah bukit muncul di depan mata mereka, mengundang perhatian mereka.
Bukit ini terletak di sebelah kanan, sehingga mereka harus meninggalkan jalan utama dan mulai mendaki bukit tersebut. Bukit ini tampak lebih tinggi dibandingkan dengan bukit-bukit sekitar di sisi selatan Alku, namun kemiringannya cukup landai, sehingga perjalanan mendakinya terasa cukup mudah.
Irlof membisikkan sesuatu kepada Eran. "Itu adalah markas mereka."
Ketika mereka mendekati puncak bukit, mereka mulai melihat sebuah gubuk kecil yang berdiri sendirian di sana. Tak jauh dari gubuk tersebut, terdapat sekelompok orang yang terlihat sedang berteriak-teriak sambil mabuk dan bermain judi dengan penuh semangat. Suasana di markas bandit tersebut terasa kacau dan tak terkendali.
"Kau yakin?" tanya Eran untuk memastikan keberanian Irlof. Irlof mengangguk dengan mantap, meskipun masih ada keraguan di matanya.
"Mereka hanya lima orang, ini bukan masalah besar," kata Eran sambil berdiri dengan mantap, siap menghadapi situasi yang akan datang. "Ayo, Irlof."
Namun, Irlof mencoba memperingatkan Eran. "Tuan, anda gila?" dia merasa khawatir tentang keputusan Eran untuk menghadapi bandit ini tanpa persiapan yang cukup.
Eran tidak begitu memedulikan peringatan Irlof. "Kau hanya lihat dan pelajari apa yang kau bisa pelajari. Tetaplah di belakangku dan jangan ambil risiko yang tidak perlu."
Irlof mengangguk, meskipun masih merasa khawatir, namun tetap mengikuti Eran. Mereka berdua siap menghadapi bandit-bandit itu,
Ketika Eran mendekati kelompok bandit tersebut, mereka segera menyadari kehadiran kedua orang asing ini, Eran dan Irlof. Suasana menjadi tegang dan cemas.
Salah satu dari bandit yang berbadan besar dan kasar segera melemparkan pertanyaan. "Siapa kau?!"
Eran, dengan mantap dan tanpa ragu, menjawab dengan suara tegas, "Aku tak suka berbasa-basi. Apakah kalian para bandit yang suka merampas dan mencuri harta warga?" Irlof terkejut melihat betapa berani Eran dalam menghadapi situasi ini.
Kelima bandit itu segera berdiri dari tempat duduk mereka, wajah mereka memancarkan kemarahan mendengar perkataan Eran. "Hahahaha ... Kalau iya, apa yang kau inginkan, bocah?" tanya salah satu dari bandit yang berbadan besar dengan nada mengancam.
"Sederhana, aku akan membunuh kalian semua," jawab Eran dengan dingin, lalu dengan lihai mengeluarkan kedua belatinya dari sarungnya.
Bandit berbadan besar itu sudah tak bisa lagi menyembunyikan rasa kesalnya. Dengan nada yang penuh kemarahan, ia memerintahkan keempat bandit lainnya untuk menyerang Eran. "Habisi bocah haram itu!"
Kemudian, tanpa ragu, keempat bandit itu menyerang secara bersamaan ke arah Eran. Dengan kecepatan, Eran langsung mengincar bandit yang paling depan. Sebelum bandit tersebut sempat mengayunkan pedangnya, Eran dengan sigap menebas lehernya, dan bandit itu tewas seketika. Tiga bandit yang masih tersisa terkejut dan segera berhenti menyerang, mulai mengelilingi Eran dengan penuh kehati-hatian.
"Kalian itu terlihat sangat tua dan lamban. Seharusnya kalian sudah menikah dan menikmati masa tua yang sehat," goda Eran dengan nada meremehkan, mencoba membuat bandit-bandit itu semakin marah. Upaya Eran berhasil memancing kemarahan salah satu dari mereka.
"Kau bocah biadab!" teriak salah seorang bandit dengan ekspresi murka, sambil menebaskan pedangnya ke arah Eran. Namun, serangan itu terlalu lamban dan mudah untuk dihindari. Eran dengan cepat menjegal kaki bandit itu, membuatnya terjatuh. Sebelum bandit itu benar-benar jatuh, Eran menyempatkan diri menusuk tengkuknya dua kali, mengakhiri nyawanya dengan cepat.
"Selanjutnya?" ujar Eran dengan senyum nakal yang terpampang di wajahnya.
"Ayo, kita serang bersama!" kedua bandit yang tersisa menjadi semakin marah dan menyerang secara bersamaan. Namun Eran juga melangkah maju, dan dengan gerakan gesit, dia menghindari serangan kedua bandit itu dengan mudah.
"Dia mengincar bos!!" teriak salah satu dari dua bandit yang masih tersisa, bos bandit itu memandang dengan mata yang terkejut saat Eran mendekat dengan perlahan. Sedangkan dua bandit yang dikejar Eran berbalik dan berusaha mengejar Eran, namun mereka bertiga terdiam saat melihat Eran tiba-tiba menghilang dari pandangan mereka.
"Kemana dia!?" teriak bos bandit dengan nada panik, matanya berusaha mencari Eran yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya. "Cari dia cepat!" belum lama dia mengatakan itu, sebuah tusukan tiba-tiba menembus perutnya dari arah belakang.
Eran muncul di belakang bos bandit dengan senyum menyeringai di wajahnya. "Aku ada di belakangmu, hehe," ujarnya dengan nada mengerikan. Eran melepas tusukannya dan menyayat leher bos bandit itu dengan cepat. Dalam sekejap, bos bandit itu mati dengan darah mengucur deras.
Kedua bandit yang sebelumnya berusaha mengejar Eran terdiam, terlihat ketakutan. Mereka tahu bahwa mereka tidak memiliki peluang melawan Eran. Tapi tak lama kemudian, keduanya juga terkapar mati, ditusuk dengan kecepatan yang sama oleh Eran.