Kerumunan di area kamp pasukan Band of de Sun yang memadati setiap sudut hutan diluar desa Alku. Senja menjalar di langit, memancarkan warna oranye yang lembut. Di tengah keramaian itu, Kana memalingkan wajahnya pada Irlof, matanya dipenuhi keraguan.
"Irlof," ujar Kana dengan nada khawatir. "Kau yakin akan ikut turnamen nanti?"
Irlof mendekatkan dirinya kepada Kana, matanya penuh dengan keyakinan. "Aku yakin, Kana," jawabnya mantap. "Aku tahu, aku tak akan bisa melangkah lebih jauh di turnamen itu, tapi setidaknya aku bisa mengukur kekuatanku sekarang."
Mereka berdua berdiri di tengah area kamp pasukan Band of de Sun. Angin sepoi-sepoi berhembus, mengibas rambut panjang Kana dan mengacaukan sedikit jambang pendek yang dimiliki Irlof.
Pasukan Band of de Sun saat ini terbagi menjadi empat kelompok yang berbeda, masing-masing memiliki peran dan tugasnya sendiri.
Kelompok pertama, dikenal sebagai Path Finder, dipimpin oleh Kain. Kelompok ini terdiri dari sembilan pasukan yang ulung dalam menganalisis medan pertempuran serta strategi taktis lapangan. Mereka bisa bergerak dengan bebas, untuk memastikan Band of de Sun selalu memiliki keunggulan taktis dalam setiap pertempuran mereka.
Kelompok kedua, yang disebut sebagai Kelompok Hunter, dikepalai oleh Catallina. Kelompok ini terdiri dari tiga belas pasukan yang terampil dalam seni memanah. Mereka adalah penyerang jarak jauh Band of de Sun, mampu menjatuhkan musuh dengan panah-panah tajam mereka sebelum musuh mendekati jarak pedang. Selain itu, mereka juga bertanggung jawab dalam mencari sumber makanan untuk pasukan.
Sementara itu, kelompok ketiga, yang dikenal sebagai Kelompok Swordman, berisi pasukan berpedang yang handal. Pasukan ini dipimpin oleh Taneaya, seorang komandan berhati baja, dengan Uldor sebagai wakilnya. Kelompok ini terdiri dari lima belas pasukan yang mahir dalam seni pedang. Mereka adalah tombak hidup Band of de Sun, selalu siap untuk melindungi dan menyerang dalam pertempuran.
Lalu kelompok terakhir adalah Kelompok Destroyer yang berisi pasukan berkapak yang dipimpim oleh Gorstag. Pasukannya berjumlah dua puluh pasukan.
Disetiap Kapten memiliki tugas yang berbeda-beda, untuk urusan keuangan akan diurus oleh Catallina. Kain, berfokus pada scouting dan ahli strategis. Taneaya berfokus pada urusan dapur dan terakhir, Uldor dan Gorstag berperan sebagai pelatih semua para prajurit di dalam Band. Sedangkan Theo berperan sebagai wajah Band of de Sun dan kapten.
Irlof memandang teman-temannya dengan tatapan penuh perhatian, mencoba untuk merasakan kekhawatiran yang membebani mereka. "Kalian bertiga benar-benar tak ingin mencoba turnamen ini?" tanya dia lagi, mencari kepastian dalam kata-katanya.
Garpo, sambil memainkan dua belatinya dengan wajah yang penuh keragu-raguan, menjawab. "Ah, aku tak yakin dengan kemampuanku, Irlof. Sepertinya begitu banyak prajurit yang lebih tangguh."
Kana, gadis yang duduk disebelah Irlof dengan kedua kakinya berselonjor lurus, menggeleng pelan. "Kalau aku, belum siap. Lihat saja para pasukan Kapten Gorstag, mereka terlihat menyeramkan. Melihatnya saja aku takut."
Dalgin, pemuda pemalu dengan blade yang selalu setia di sisinya, menyipitkan mata dalam pertimbangan. "Aku ... tak tertarik. Sudah pasti aku akan kalah."
Irlof mencoba untuk membangkitkan semangat teman-temannya. "Kalau kau kalah, kami akan menjadi apa? Kau kan yang terbaik dari kita berempat," ujarnya pada Dalgin dengan penuh dorongan.
Kana menatap Dalgin dengan rasa iri yang tak tersembunyi. "Benar, Dalgin. Kau punya bakat alami dalam bermain blade, dan kami sangat bergantung padamu."
Dalgin mencoba memberikan semangat pada teman-temannya dengan suara yang rendah. "Ah, aku tak sebaik yang kalian kira. Kemampuan kita sama saja," ujarnya dengan kerendahan hati, mencoba menghilangkan keraguan teman-temannya.
Garpo, dengan sorot mata penasaran menatap Irlof. "Ah, Iya, aku hampir lupa, kau mempunyai hutang pada kami Irlof."
Irlof menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Hutang apa? Aku tak memiliki hutang. Asal kalian tau, koinku memang menipis. Kalian juga tau aku membeli dua belati ini dengan koinku sendiri."
Garpo tertawa lepas. "Bukan itu maksudku, kau belum menceritakan aksi tuan Eran saat di bukit bandit kemarin."
Kana dan Dalgin bergabung dengan antusiasme Garpo, mengangguk setuju. Mereka ingin mendengar kisah seru dari Irlof. "Iya, Irlof, ceritakanlah. Kami penasaran."
Irlof, merasa puas akan permintaan teman-temannya, mulai menceritakannya dengan bangga. "Ah ... hahahaha ... iya maafkan aku."
Dalgin, yang tadinya pemalu, tak bisa menyembunyikan rasa antusiasnya. "Tak usah memasang wajah seperti itu, kami iri sialan."
Kana tak sabar untuk mendengarkan cerita tersebut. "Cepat ceritakan! Kami ingin tahu semua detilnya."
Irlof merasa sangat senang, mengetahui bahwa ia mampu membuat teman-temannya tertarik dengan ceritanya. "Baiklah, jadi begini ceritanya. Kami sedang di bukit bandit kemarin, dan tiba-tiba .... Jadi saat itu, ehm, sampai mana tadi malam, aku lupa," ujar Irlof sambil menggaruk-garuk kepalanya, merasa malu karena lupa.
Garpo, dengan ekspresi penuh semangat, segera mengingatkan. "Sampai tuan Eran berhasil membunuh bandit pertama, kan?"
Irlof pun melanjutkan kisah Eran dengan penuh semangat, berbagi detail aksi pemberani yang ia saksikan. Sementara itu, Garpo, Kana, dan Dalgin mendengarkan dengan mata berbinar, terpana dan berdecak kagum oleh cerita yang diceritakan oleh teman mereka itu.