Peperangan dan Ambisi: Buku 2. Emas-Emas Yang Akan Terkikis

Sicksix
Chapter #23

49. Rencana Eran dan Kain

Semua anggota Band of de Sun berkumpul di bukit yang tak jauh dari camp mereka, tempat yang digunakan untuk turnamen yang ditunggu-tunggu ini. Tanah yang datar di puncak bukit sangat cocok untuk menjadi tempat berduel, dan atmosfer kegembiraan serta sorak-sorai para anggota Band tidak bisa dibendung.

Mereka semua membuat lingkaran di sekitar dua orang yang sedang bertarung, membuat pertandingan semakin seru. Namun, ada satu orang yang berbeda di antara mereka, yaitu Eran.

Eran duduk dengan wajah yang muram, bersandar pada batang pohon di dekat tempat pertandingan. Ia merasa kesal dengan situasi ini. "Sial, seharusnya ini adalah waktukh untuk beristirahat. Aku bukan petinggi Band, mengapa aku harus ikut dalam hal seperti ini?"

Para petinggi Band harus mengikuti turnamen kecil ini, tujuannya adalah memberikan motivasi dan semangat pada para anggota melalui partisipasi mereka.

"Hajar!"

"Serang dia!"

"Tekan terus! Jangan berhenti!"

Suara-suara dan teriakan dari para penonton memenuhi udara, atmosfernya panas dan penuh ketegangan di sekitar area pertandingan.

"Kau banyak mengeluh, Eran," ujar suara yang membuat Eran terkejut, kepalanya mengarah pada suara itu.

Tiba-tiba, Eran yang duduk dengan perasaan murung dan penuh gerutu terkejut oleh suara yang mengganggu itu. Ia memutar kepalanya ke arah suara tersebut untuk melihat siapa yang berbicara.

Eran melihat seseorang yang tiba-tiba muncul di atasnya, kehadirannya yang tak terduga membuatnya bersikap kaget.

"Yo, kau kira hanya kau saja yang ingin bermalas-malasan, aku juga mau sialan!" Kain melontarkan perkataan dengan nada yang jelas-jelas tidak puas.

"Kau mengejutkanku, Kain!" pekik Eran. Suara terkejut Eran menandakan ketidakpercayaannya pada kehadiran tak terduga Kain.

Kain, dengan ekspresi santainya, mengangkat tangannya malas, lalu memberi kode dengan tangannya untuk meminta Eran naik. Tangannya melambai serampangan, menunjukkan bahwa dia sendiri merasa cukup santai dalam situasi ini.

Tanpa menunggu lama, Eran, meskipun masih merasa terkejut, memanjat pohon itu dan duduk di dahan di sebelah Kain. Dengan santainya lelaki pendek itu mengomentari Eran. "Kau, sungguh payah. Sebelum kau duduk di bawah, aku sudah duduk di sini sedari tadi."

Eran, dengan ekspresi terkejut yang jelas tergambar di wajahnya, tak bisa ia sembunyikan saat melihat wajah Kain yang letih. Di bawah mata Kain terlihat jelas lingkaran hitam yang menunjukkan betapa lelah dan letih kondisinya.

"Hehh!!! Ada apa dengan matamu itu? Kau terlihat seperti mayat!" Eran tak bisa menahan diri untuk tidak menunjukkan perasaannya ketika melihat kondisi Kain.

Kain, dengan ekspresi yang semakin lemas, menjawab dengan nada yang penuh keluhan, "tujuh hari ini aku benar-benar diperbudak Cata. Lihat saja aku kurang istirahat dan kurang tidur! Argghhhhh Catallina sialan!!" gerutuannya menggambarkan rasa frustasinya terhadap situasi yang dialaminya.

Namun, Eran segera mengingatkan Kain. "Hei! Jangan nyaring-nyaring, nanti dia mendengarmu, bisa habis kita." Suaranya pelan, namun penuh peringatan.

Eran yang masih duduk di sebelah Kain, merasa kasihan pada kondisi temannya yang sangat lelah itu.

"Aku sudah tak perduli, aku cuma ingin tidur," ujar Kain dengan suara yang hampir putus energi.

Sambil mendengarkan keluhan Kain, Eran mengangguk, merasakan ketidakadilan yang sama. "Kita semua tau, siapa yang bisa membantah Catallina. Yang orang tau Theo-lah pemimpin band ini, yang kita tau Catallina-lah yang lebih berkuasa, menindas kita seolah babunya, sialan!" Eran juga tidak bisa menahan kekesalannya dan merasa perlu untuk membagi perasaannya dengan Kain.

Ketika keluhan mereka bergandengan, mereka pun tertawa dengan tawa pahit, meratapi nasib yang tak selalu berpihak pada mereka.

Meskipun mereka sedang terlibat dalam obrolan ini, pandangan mereka masih tetap fokus pada pertandingan yang berlangsung di bawah. Terlihat jelas jika dilihat dari atas pohon ini, tidak ada yang menghalangi pandangan mereka, memungkinkan mereka untuk melihat pertandingan dengan detail lebih baik.

Kain memandang Eran sambil bertanya. "Kau ikut bertaruh?"

Lihat selengkapnya