"Menurutmu, kira-kira siapa yang akan menang? Tuan Eran atau kapten Kain?" tanya Garpo pada Dalgin penasaran.
Dalgin merenung sejenak sebelum menjawab. "Kau menanyakan sesuatu yang sudah kau tau jawabannya. Aku pasti memilih tuan Eran. Walaupun kapten Kain sangat kuat, tuan Eran memiliki kemampuan yang luar biasa."
Garpo tersenyum puas mendengar jawaban Dalgin. "Aku hanya mengetesmu saja, siapa tahu kau sudah mengkhianati kami."
"Tidak! Kau ingat alasanku masuk ke band ini sama dengan alasanmu," jawab Dalgin dengan tegas, mengingatkan Garpo.
"Sudah-sudah, kalian diamlah. Pertandingan akan dimulai!" bentak Kana, yang tengah terpana dengan sosok yang ada di tengah sorotan.
Sebelumnya, para penonton dan peserta terkejut saat mengetahui bahwa Kain dan Eran akan bertemu di babak kedua, sebuah undian yang sangat langka. Biasanya, pertemuan mereka terjadi di babak pengujung turnamen atau di akhir turnamen, sehingga pertarungan ini menjadi perhatian khusus bagi semua yang hadir.
Semua anggota Band of de Sun berkumpul di sekitar area pertandingan, tanah yang datar di puncak bukit tak jauh dari kamp mereka. Suasana begitu tegang, sorak-sorai pun tak bisa dibendung. Turnamen ini adalah yang paling ditunggu-tunggu oleh semua anggota Band, kecuali dua orang, Eran dan Kain.
"Ini sebuah keajaiban, mereka bisa bertemu di awal," terdengar bisikan penonton yang semakin mendekati suara gemuruh itu.
Eran dan Kain terlihat bersiap, Gorstag bertindak sebagai penengah dalam persiapan pertandingan ini.
"Benar, tak sabar untuk melihat pertarungan mereka," ujar seorang penonton yang tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya.
"Ini adalah pertandingan yang jarang terjadi," komentar penonton lainnya.
Kain tampak memegang dua palu replika kayu dengan cermat. Ia memeriksa kedua palu itu, merasakannya, dan mencobanya dengan memutar-mutarnya di tangannya. "Palu dari kayu ini sangat ringan, aku merasa seolah-olah tak memegang apa-apa," kata Kain sambil menguji alatnya.
Terdengar bisikan-bisikan penonton yang merasa heran dengan pilihan senjata Eran. Ia yang terkenal sebagai seorang ahli menggunakan belati, tapi kini, dia memegang sebatang pedang kayu.
"Kau lihat, Eran menggunakan pedang! Aneh, dia selalu menggunakan belati," komentar salah seorang penonton.
"Sejak kapan dia merubah senjatanya?" tanya penonton lainnya dengan rasa penasaran.
Theo menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu, mulai dari hari pertama dia bergabung dengan Band of de Sun hingga kemarin, dia tak pernah mengganti senjata."
Suaranya terdengar gemetar. "Apakah dia meremehkan lawannya? Apakah dia benar-benar bodoh? Tidak mungkin, lawannya adalah Kain! Sialan! Aku memasang taruhanku padamh Eran!" gerutu Catallina dengan wajah kesal.
Taneaya, yang duduk paling depan di antara para penonton, tidak dapat melepaskan pandangannya dari Eran yang saat ini sedang bersiap-siap di tengah pertandingan. Wajahnya terlihat khawatir dan penasaran.
Dia tidak bisa menyembunyikan kebingungannya melihat pilihan senjata Eran yang berbeda dari biasanya. "Sebenarnya apa yang ada di pikiranmu?" gumam Taneaya dalam hati sambil meremas-remas ujung jubahnya.
Ketika Gorstag, yang bertindak sebagai penengah, berteriak untuk memulai pertandingan, suara keras itu membuat seluruh penonton bersorak keras. Teriakan itu juga membuat Taneaya melompat kecil karena terkejut.
Taneaya mencoba untuk meredakan ketegangannya dengan berkonsentrasi pada pertandingan yang sedang berlangsung di didepannya.
"Pertandingan dimulai!"
Kain memutuskan untuk mengambil inisiatif dan menyerang lebih awal. Dia mendekati Eran dengan langkah yang mantap, lalu melancarkan serangan menggunakan kedua palu replikanya. Namun, Eran yang telah bersiap, mampu menangkis dengan cermat ayunan kedua palu Kain.
Sementara mereka saling mendekat, Eran memberi sinyal kepada Kain dengan berbisik. "Kain, pasanglah wajah psikopatmu!"
Kain hanya mengernyit bingung mendengar permintaan aneh itu. "Untuk apa?" tanyanya dengan rasa kebingungan yang jelas terpancar di wajahnya.