Diantara keindahan taman yang dipenuhi bunga yang merekah, Raja Nolan duduk dengan gagah di atas salah satu kursi marmer putih. Udara semerbak dengan aroma bunga-bunga yang menemani mereka, suasana yang penuh cinta terlihat disana. Di hadapannya, dua gelas teh hangat terhidang, menunggu untuk diseruput oleh keduanya.
Raja Nolan memandangi istrinya, Ratu Aralia, dengan tatapan penuh kehangatan. Dalam setiap detik yang berlalu, ia tak bisa mengabaikan betapa beruntungnya ia memiliki Aralia di sisinya. Tangan Aralia lembut dan eloknya yang selalu melunakkannya.
"Kau tahu, Aralia," Nolan berkata dengan lembut, "taman ini dulu aku buat khusus untukmu. Setiap bunga dan dedaunan yang tumbuh di sini mewakili cinta dan perasaanku padamu."
Aralia tersenyum, menghela napas dalam-dalam. Ia terpukau oleh kebaikan hati suaminya yang tiada terbatas, yang selalu berusaha untuk membuatnya bahagia.
"Ketika kita pertama kali bertemu," Aralia mulai mengingat, "aku tidak pernah berpikir bahwa cinta kita akan kuat sampai saat ini. Terkadang aku kagum dengan betapa jauh kita telah melewati masa-masa sulit dulu."
Nolan tersenyum dan mengangguk. "Mencintaimu adalah pilihan terbaik yang pernah aku buat," ujar Nolan lembut. "Ketenanganmu dan cahaya mataharimu yang selalu menyinari jalanku. Aku tidak akan bisa menghadapi semuanya dulu jika tanpamu."
"Hentikan itu, Nolan. Kau sudah terlalu tua untuk mengatakan itu," ujar Aralia sambil terkekeh.
"Cinta itu tak mengenal waktu, sayang. Bahkan bisa membuat kita gila, dan aku salah satunya," lanjut Nolan.
Mereka terdiam sejenak, menyeruput teh yang hangat dan menikmati kebersamaan mereka di taman istana.
Taman bunga yang ada di dalam istana Raja Nolan dan Ratu Aralia adalah sebuah keajaiban yang mengagumkan. Begitu melewati pintu gerbang istana, semburat aroma bunga yang menyegarkan dan pemandangan yang memukau akan terlihat.
Taman ini dirancang dengan begitu indah dan dijaga dengan cermat, dengan setiap detail yang dipertimbangkan dengan hati-hati. Jalur setapak yang dihiasi dengan batu-batu kecil dari satu kebun bunga ke kebun bunga lainnya. Ditengahnya berdiri satu pohon Oak yang rimbun, memberikan rasa teduh dan aman secara bersamaan.
Di sebelah kiri terdapat sebuah kolam air yang indah, dihiasi dengan teratai berwarna-warni dan rerumput hijau yang lembut. Kolam air ini dihuni oleh beberapa ikan warna-warni yang berenang dengan riang di antara tanaman air yang mengambang indah. Suara gemericik air dan kicauan burung menambah keajaiban alam yang ada di taman ini.
"Kau bahkan membawa perancang taman terkenal dari Evendur untuk merancang taman ini, Nolan. Aku tak tahu bagaimana kau membagi waktumu saat itu," ujar Aralia, suaranya dipenuhi kekagumannya pada suaminya.
Nolan tersenyum bangga, mengenang masa-masa di mana setiap detail taman itu dirancang dengan cermat. "Aku bahkan rela mengurangi waktu tidurku hanya untuk mempersiapkan senyumanmu saat itu, Aralia," jelasnya, mata mereka saling bertemu, menyiratkan makna lebih dari kata-kata yang diucapkannya.
Aralia mengangguk mengerti, merasakan kelembutan di balik pengorbanan Nolan. "Tapi, apakah ini semua layak, Nolan? Apakah taman ini lebih berharga daripada waktu kita bersama?" tanyanya, mencoba menggali pemikiran suaminya tentang nilai sejati dari setiap usaha yang telah dilakukannya.
Nolan memandang Aralia dengan penuh kehangatan, mencoba menjelaskan hatinya. "Tentu saja, Aralia. Taman ini bukan hanya sekadar hiasan fisik, tetapi juga simbol dari cinta dan dedikasiku untukmu. Saat kau bahagia, itu akan memberiku kepuasan terdalam."
Aralia tersenyum terharu, menyadari kedalaman perasaan Nolan yang tulus. "Aku bersyukur memiliki suami sepertimu, my king."