Benteng pengawasan di sisi timur adalah sebuah struktur besar yang berdiri tegak di atas jalan utama kerajaan. Benteng ini memiliki posisi strategis karena menjadi gerbang utama untuk memasuki wilayah istana. Dibangun dari batu-batu besar yang kuat, benteng ini terlihat mengesankan dan kokoh.
Benteng pengawasan ini terdiri dari beberapa lantai dengan lantai atas menjadi menara pengawasan yang paling penting. Di bagian atas menara ini terdapat sebuah lonceng besar yang digantung di atas struktur yang kokoh. Lonceng ini berguna sebagai alat komunikasi darurat.
Jika ada ancaman atau bahaya mendekat, lonceng ini akan berbunyi keras, memperingatkan pengawas di benteng dan istana tentang keadaan yang bahaya.
Dibawah lonceng tersebut, terdapat tumpukan kayu yang disiapkan dengan hati-hati. Tumpukan kayu ini memiliki fungsi ganda. Pertama, jika ada lonceng yang berbunyi, pengawas dapat cepat melihat tanda bahaya dengan melihat apakah tumpukan kayu itu terbakar atau tidak. Jika tumpukan kayu terbakar, maka itu adalah tanda bahaya nyata yang harus segera ditindaklanjuti.
Dalam hal arsitektur, benteng pengawasan ini memiliki struktur yang maju ke dalam dan terlindung oleh tembok-tembok yang tebal. Ada gerbang besar yang mengarah langsung ke jalan utama dan gerbang ini dilengkapi dengan palang yang dapat dinaikkan dan diturunkan untuk menghentikan akses musuh. Selain itu, di sekitar benteng terdapat parit yang dalam dan berduri untuk menjaga keamanan dan mencegah serangan langsung.
Di area sekitar benteng, terdapat pos-pos penjaga yang berfungsi untuk memantau gerak-gerik dan memeriksa siapa saja yang ingin memasuki wilayah istana. Pasukan penjaga terlatih telah siap sedia untuk melindungi dan mengawasi gerbang ini dengan setia.
Malam turun dalam kesunyiannya, menutupinya dengan selubung gelap yang menyatu dengan semak-semak dan bayangan. Arcus, seorang pemimpin yang penuh keberanian dari pasukan pemberontak, menyelimuti dirinya dalam kegelapan, menyatu dengan alam di sekitar, bersembunyi di semak-semak yang rapat tak jauh dari benteng batas istana di timur.
Mereka, pasukan pemberontak telah merajut rencana penyergapan dengan cermat, bersiap untuk mengeksekusi strategi ambisius mereka. Terbata-bata, Arcus memberikan aba-aba peluncuran pada anak buah setianya yang menunggu di belakangnya, menyelinap di bawah rimbunnya dedaunan dan pepohonan.
"Kalian semua adalah pilar keberanian kita. Jangan biarkan ketakutan memadamkannya," bisik Arcus dengan suara yang menggetarkan, seolah-olah bisikan malam itu menjadi mantra keberanian bagi pasukannya. Anak buahnya tampak memahami, mata mereka lapar dan siap menaklukkan benteng di hadapan mereka.
Arcus menoleh pada setiap wajah di antara semak-semak dan memberi senyuman penuh keyakinan. "Jangan ragu, jumlah kita sebanding dengan para penjaga benteng itu. Kita bukan hanya penyerbu, kita adalah penentu takdir kita sendiri."
Anak buahnya merespons dengan anggukan. Arcus, yang dapat merasakan energi meluap dari pasukannya, menyampaikan semangatnya, "Bersiaplah untuk melompati batasan itu!"
Saat kerumunan pemberontak mulai merayap maju dengan langkah-langkah yang hening seperti bayangan dalam malam. Mereka, seperti gelombang kegelapan, bergerak maju dengan gemuruh seakan alam itu sendiri mendukung misi mereka. Arcus memimpin mereka dengan keberanian.
Langkah-langkah Arcus dan pasukannya semakin tak terdengar. Malam itu memeluk mereka dalam gelap yang pekat, menyembunyikan pergerakan mereka dari pandangan para penjaga yang berpatroli di sekitar benteng.
Arcus, yang berada di garis depan pemberontakan ini, berkomunikasi dengan anak buahnya dalam bahasa diam. Mereka bergerak seperti bayangan, menyelinap di antara sudut-sudut gelap dan menyusup. Saat mereka mencapai sudut benteng yang tak terjaga, Arcus merapatkan pasukannya, memanfaatkan titik buta para penjaga yang sedang berpatroli. Dua pemberontak mahir memanjat dengan sigap, membawa tali yang akan menjadi alat untuk mempermudah kedatangan pasukan lainnya.
Arcus, memberikan instruksi kepada mereka. "Bertahanlah dalam bayangan dan hindari pandangan mereka. Kita tak boleh terbaca oleh penjaga."
Dengan mantap, dua pemberontak yang memanjat berhasil mencapai puncak benteng tanpa kejadian yang mencurigakan. Dengan cermat, mereka mengikat tali pada batu menonjol di tepi benteng dan melemparkannya ke bawah. Para pasukan pemberontak memanjat dengan cepat dan diam-diam, mengikuti jejak mereka.
Saat mereka semua berkumpul di atas benteng, Arcus merencanakan serangan mereka lebih lanjut. Dengan mata tajam yang terlihat dalam kegelapan, ia menunjuk sebuah ruangan di dekat gerbang.
"Ayo serang ruangan pengatur gerbang itu! Angkat gerbangnya, dan segera setelah itu, menyebarlah ke setiap sudut benteng. Persiapkan panah kalian," perintah Arcus dengan suara yang tegas. Kemudian, ia menentukan delapan orang dari pasukannya, "Kalian akan berjaga di sini. Bersiaplah dengan panah kalian."