Peperangan dan Ambisi: Buku 3. Angin Yang Ternoda Dari Barat

Sicksix
Chapter #6

68. Misi Pertama

23 ADI (After Dragon Invasion), untuk kedua kalinya, kerajaan Satascar dilanda perang saudara. Setelah tiga tahun dari konflik pertama, di mana Raja Franc berhasil merebut Kota Petrolina bersama anak pertamanya, Enid, yang menjadi Jenderal penyerangan dan pahlawan pada saat itu.

Kini, perang kembali meletus untuk merebut Kota Starastok. Penyerangan ini dipimpin oleh tangan kanan Raja, Jenderal tertinggi kerajaan, Sir Saul Heirs of de Wind.

"Wakil Jenderal Dignus, persiapkan para prajurit, sebentar lagi kita akan menyerang," perintah Saul dari atas kuda.

"Baik, Jenderal," balas Dignus sambil melangkah ke belakang, mendekati seratus barisan prajurit yang tegang. Mereka menatapnya dengan kegugupan yang jelas diwajah mereka, siap untuk mengikuti perintah dalam pertempuran yang akan segera terjadi.

Mereka adalah para prajurit yang baru saja menyelesaikan pembelajaran untuk menjadi prajurit, dikenal sebagai pemilik kemampuan Blade Dancer.

Prajurit Blade Dancer, yang mahir dalam menggunakan dua pedang, menjadi ciri khas kuat dari keluarga de Wind.

Setiap anggota keluarga Wind memulai perjalanan pelatihan mereka sejak usia muda, melibatkan latihan yang ketat dan intensif. Di bawah bimbingan guru-guru terpilih, para prajurit muda ini berhasil menguasai tekhnik dua pedang mereka.

Kecepatan dan kekuatan mereka disertai dengan keluwesan tubuh yang lentur, memberikan sentuhan unik pada gaya bertarung keluarga Wind.

Dalam pertempuran, mereka menjadi seperti penari yang mempesona namun mematikan. Bagi mereka, pedang bukan hanya senjata, melainkan bagian dari tubuh dan jiwa mereka.

Di tengah hutan-hutan yang rimbun di Kota Starastok, di mana pepohonan mahogany dan centurion berkumpul, terdapat keunikan yang membedakan kota ini dari Kota Petrolina yang terkenal dengan batu mulia safirnya. Kota Starastok menancapkan akarnya dalam keberlimpahan kayu yang menjadi tulang punggung kehidupan mereka.

Seiring kabar akan keberlimpahan sumber daya alam Kota Starastok yang menyebar ke pelosok negeri, pihak kerajaan memandangnya sebagai lahan yang seharusnya menjadi Vassal mereka. Pertimbangan logis yang melandasi pandangan ini adalah kekayaan alam yang dapat dinikmati dengan menguasai kota ini. Itu bukan hanya sebatas bahan bangunan biasa, namun bisa menjadi elemen utama dalam pembuatan senjata, perabotan, dan berbagai barang lainnya.

Tak seperti kota-kota besar yang dikelilingi oleh dinding tinggi dan kokoh, Kota Starastok berdiri begitu saja, hanya dilindungi oleh tembok alami yang tidak dapat ditembus begitu saja: pepohonan yang menjulang tinggi hingga ke langit. Deretan mahogany dan centurion membentuk benteng perlindungan pada kota ini.

Diatas kertas seharusnya kemenangan ini adalah milik kerajaan, karena itu Jendral Saul memilih untuk membawa prajurit yang baru saja lulus dari pelatihan. Kota ini dianggap belum matang, belum memiliki tembok tinggi dan benteng kokoh yang menjadi tanda kematangan dan kekuatan suatu kota.

Terdapat kelemahan dalam hal kekuatan bersenjata, karena prajurit di kota ini sebagian besar adalah warga sipil yang mendapat latihan langsung dari pemimpin mereka, sang Lord Randalf dari keluarga Heirs of Tree.

Lihat selengkapnya