Peperangan dan Ambisi: Buku 3. Angin Yang Ternoda Dari Barat

Sicksix
Chapter #12

74. Melihat bintang

Enid dan Catallina melangkah dengan penuh semangat menuju lapangan latihan yang luas. Kedua tangan mereka membawa sepasang blade yang dipilih secara khusus dari gudang persenjataan. Mereka membungkukan badan sebagai tanda saling menghormati, mereka bersiap untuk memulai pertandingan, dan dalam mata Catallina terpancar antusias yang tinggi.

"Apakah kau benar-benar siap untuk bertanding?" tanya Enid dengan senyum hangat.

Catallina menjawab dengan percaya diri, sambil memutar kedua blade-nya "Apa kau tak melihat senyuman di wajahku ini!" jawabnya sambil menunjuk wajahnya.

Enid hanya tertawa ringan, menangkap semangat yang sama dari Catallina. "Apakah kau yakin ingin melanjutkan dengan senjata ini?" tanya Enid, sambil mengangkat satu pedangnya.

Catallina menggelengkan kepala dengan tegas. "Tidak, aku sudah bilang sebelumnya, aku ingin mencoba menggunakan blade yang terkenal ini."

"Baiklah. Tapi, tunggu sebentar!" ujar Enid memotong, matanya memperhatikan gaun anggun yang dikenakan oleh Catallina. "Apa kau tidak ingin melipat gaunmu lebih dulu? Kau bisa terjatuh," tambahnya, ingin memastikan keselamatan Catallina.

Catallina hanya tersenyum, bergerak maju dengan penuh percaya diri, dan mulai menyerang Enid. "Kau terlalu banyak tanya, Enid," ujar Catallina sambil mengayunkan blade dengan lincah.

"Aku hanya tidak ingin kena omel ibumu jika ia tau gaunmu kotor," jawab Enid sambil terus menghindari serangan Catallina.

"Terima kasih, tapi kau tidak perlu repot-repot memikirkan itu," ujar Catallina dengan nada yang santai, sambil terus mencoba memojokkan Enid dengan serangannya.

"Baiklah, jangan salahkan aku jika ibumu nanti marah," kata Enid dengan senyuman, namun tetap fokus menepis serangan Catallina.

Enid mulai mengayunkan blade dengan lembut, menguji gerakan ringannya sebelum dia meluncur maju dengan gerakan yang lebih tajam ke arah Catallina, tetapi Catallina melompat ke samping, menghindari serangan itu dengan mudah. Dia kemudian menembakkan serangan balasan dengan cepat, tetapi Enid menangkisnya dengan menggerakkan pedangnya dengan cerdik, hampir seperti ia memprediksi setiap gerakan Catallina.

Tangan Enid mulai melancarkan serangan balasan dengan memutar blade dengan tiba-tiba, membuat Catallina kesulitan untuk menghindar. Dia mengeluarkan serangkaian serangan bertubi-tubi dan akurat, tetapi Catallina menepis dengan lihai, menghindar dan menjawab dengan tepat.

Enid dengan sengaja memperlihatkan celah. Catallina yang melihat celah dalam pertahanan Enid, segera berinisiatif untuk menyerang. Lalu saat ia terpancing untuk bergerak, Enid menjegal kaki Catallina, membuat tuan putri itu jatuh ke tanah.

Catallina terlihat kesal, ia bangkit lagi dari jatuhnha. "Kau curang, menjegal kakiku," tuduh Catallina dengan nada penuh ketidakpuasan.

Namun, Enid dengan tenang membela diri. "Aku tidak curang, bukankah dalam perang itu hal yang tidak dilarang?"

"Sial! Kita ini sedang bertarung pedang!" ujar Catallina dengan nada marah yang masih belum mereda. Dia menepuk-nepuk gaunnya yang terlihat berdebu.

"Kau tadi minta untuk berlatih tanding, bukan untuk bertarung pedang, jadi kurasa itu sah-sah saja," ujar Enid dengan senyuman yang sedikit memprovokasi, mencoba meredakan ketegangan dengan sedikit candaan.

Namun, Catallina yang sudah tersulut emosi memilih untuk kembali menyerang. "Kau itu selain angkuh, juga sangat menyebalkan!" ujarnya dengan menggerutu.

Pertarungan mereka berlanjut, keduanya saling melempar serangan bertubi-tubi. Enid mencoba memberikan saran dan petunjuk pada Catallina.

"Aku akan memberimu sedikit saran. Perhatikan selalu kuda-kudamu," ujar Enid yang terlihat akan menjegal kaki Catallina lagi, namun kali ini Catallina dengan gesit menghindar dan tidak jatuh seperti sebelumnya. Lalu, Catallina berbalik ke arah Enid dan melancarkan serangan baru.

"Jangan biarkan lawanmu mendapatkan celah," ucap Enid sambil memotong serangan Catallina dengan cepat.

Catallina terlihat marah. Ia masih berusaha menjaga diri dari serangan berulang yang dilancarkan oleh Enid, sembari mencoba menemukan celah untuk memberikan serangan balasan yang efektif.

Lihat selengkapnya