Peperangan dan Ambisi: Buku 3. Angin Yang Ternoda Dari Barat

Sicksix
Chapter #16

78. Topeng Enid

"Ada sesuatu yang ingin kau sampaikan, Enid? Kenapa kau meminta untuk bertemu?" tanya Raja Franc dengan rasa penasaran yang mencolok pada wajahnya, terkejut karena anak sulungnya yang biasanya lebih tertutup darinya, datang dengan keinginannya sendiri.

Enid menjawab dengan tenang. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ayah. Aku hanya ingin berbicara denganmu sebagai ayah dan anak, tanpa ada beban kerajaan atau tugas di antara kita," ujar Enid, memandang langsung mata Franc dengan senyuman.

Franc, yang tidak terbiasa dengan kehangatan putra sulungnya ini, merasa cukup terkejut dengan respons Enid. "Apa aku tak salah dengar, Enid? Ini diluar dugaanku," kata Franc, yang masih tak percaya dengan kehadiran putra sulungnya itu.

Enid tersenyum kecil. "Sejak kecil, hubungan kita terasa jauh. Aku ingin memulai kembali, mengenalmu lebih dekat, dan membangun ikatan yang seharusnya kita miliki sebagai keluarga, juga sebagai ayah dan anak," tambahnya dengan menatap ayahnya lekat.

Hubungan Franc dengan Enid sangat tidak dekat, bahkan saat Enid masih diusia kecil. Karena itulah Franc memungut Markus untuk menemaninya.

Franc, berniat memberikan kesempatan pada Enid untuk tumbuh sebagai anak yang tangguh, karena itu dia sengaja menjaga jarak dari anak sulungnya. Dalam benaknya, keputusan ini adalah cara terbaik agar Enid dapat mengembangkan kemandirian dan tanggung jawab.

Meskipun niatnya baik, seiring berjalannya waktu rasa penyesalan mulai merayap dalam hati Franc. Melihat bagaimana Enid semakin menjauh seiring bertambahnya usia, Franc menyadari bahwa keputusannya mungkin telah menciptakan kesenjangan yang tidak diinginkan di antara mereka. Dalam kesendirian, hanya Caseyana yang tetap memantau dan memperhatikan setiap perkembangan yang dialami anak sulungnya itu.

Senyuman terakhir yang terlihat di wajah Enid setelah percakapan mereka sebelumnya membuat hati Franc terasa seperti tersayat oleh pisau emosional. Franc menyesali setiap momen yang telah ia lewatkan, setiap peluang yang mungkin bisa digunakan untuk memperkuat hubungan ayah dan anak. Jika bisa, pikir Franc, ia ingin memutar kembali roda waktu ke masa lalu, pada saat Enid baru terlahir, dan menemaninya.

Setelah beberapa saat, Enid dengan tenang menyapa. "Bagaimana kabarmu, ayah?" Pandangan matanya tampak terfokus pada taman bunga di depannya.

Franc melihat wajah tampan Enid. "Kau bisa melihatnya, Enid. Keriput telah menghiasi wajah ayah, dan penyakit tua mulai menampakkan diri," jawab Franc dengan suara bergetar, memberitau sesuatu yang tak bisa ia lawan.

Enid menolehkan kepalanya, memperhatikan ayahnya dari dekat. "Kau masih terlihat bugar di usiamu sekarang, Ayah," ucap Enid dengan nada penuh hibur.

Franc tertawa pelan. "Hahaha, kau terlalu memujiku. Sejujurnya, tubuhku sudah sangat sulit untuk digerakkan. Tidak seperti dulu, di mana aku bisa bergerak bebas sesuai keinginan ayah. Sebenarnya, di dalam hati ini, aku masih ingin terlibat langsung dalam perang, berjuang untuk kerajaan kita. Namun, sayangnya, aku tidak bisa melawan ketidakmampuan tubuhku yang semakin menua ini," tutur Franc dengan suara yang penuh nostalgia, mengingat masa-masa ketika kebebasan dan kekuatan fisik masih menjadi sahabat sehari-harinya.

"Jangan biarkan pikiran seperti itu menghantuimu, Ayah. Menurutku, perjuanganmu saat ini adalah menjaga agar pondasi Kerajaan tetap kokoh dan berdiri dengan kuat. Oleh karena itu, biarkan aku dan Jendral Saul yang menangani urusan-urusan fisik dan militer."

Franc mendengus pelan, merenungkan kata-kata yang diucapkan Enid. "Seharusnya memang seperti itu," katanya dengan nada serius, "tapi kau tahu bagaimana pemikiran seorang pria, bukan? Pria selalu memiliki ambisi yang tak pernah pudar, selalu ada hasrat untuk terlibat secara langsung."

Enid duduk di samping ayahnya, menatapnya dengan penuh pengertian. "Ayah, aku tahu betapa besar hasratmu untuk berjuang di medan perang. Tapi aku juga sadar betapa pentingnya peran Ayah sebagai pemimpin Kerajaan ini. Tanpa kehadiranmu, Kerajaan ini mungkin tidak akan sekuat dan sehebat seperti sekarang ini."

Lihat selengkapnya