Peperangan dan Ambisi: Buku 3. Angin Yang Ternoda Dari Barat

Sicksix
Chapter #24

86. Petunjuk dari Alku

Eran telah mencapai desa Alku setelah semalaman berkuda tanpa istirahat. Melewati pasar yang ramai dengan aktivitas, setelah itu mengarah ke alun-alun, dia menghentikan kudanya dan mengikatnya pada salah satu kayu yang tertanam kokoh di tanah.

Setelah itu, dia berjalan melalui jalanan yang ramai, berbelok ke sebuah jalan kecil yang membawanya menuju tujuannya. Meskipun mata tajam dua orang yang selalu memperhatikannya di ujung jalan, Eran tak peduli. Dia sampai di sebuah banguna yang kelihatan reot, dan tanpa ragu, dia melangkah masuk.

Berada di lantai dua, Eran berhenti di depan salah satu kamar. Tanpa mengetuk, pintu kamar itu terbuka di hadapannya.

Ketika Eran memasuki kamar, pemandangan keributan langsung menyambutnya. Suara pekikan seorang wanita memenuhi ruangan, "ahh, ada seseorang!" pekik wanita itu sambil berusaha menutupi tubuhnya dan menjauh dari Halbarad.

"Siapa kau ..." suaranya terhenti, matanya terbelalak melihat Eran berdiri di depan pintu kamar.

"Selamat pagi, Halbarad," ujar Eran dengan senyum tenang di wajahnya.

Halbarad, yang tiba-tiba tersadar, menoleh pada wanita yang masih berada di ranjang, memberikan kode secepat kilat untuk pergi dan memberi privasi pada percakapan mereka.

Wanita itu, dengan ekspresi cemberut yang jelas terpancar di wajahnya, bangkit dari ranjang dan meninggalkan kamar dengan cara yang dramatis, membanting pintu dengan keras.

Eran memperhatikan kursi yang biasanya dia gunakan masih berada di posisinya, tidak ada tanda-tanda perubahan. Dengan santai, dia mendekati kursi itu dan duduk.

Halbarad, yang telah mengenakan pakaian dengan cepat, melihat Eran dengan nada gerutu. "Sialan, Eran. Setidaknya tunggu sampai aku selesai," keluhnya, menggambarkan ketidakpuasannya pada situasi yang tiba-tiba dihadapinya.

Eran hanya tersenyum, mengabaikan keluhan Halbarad. "Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan," ujarnya serius.

Halbarad menggeleng. "Tidak bisa menunggu beberapa menit?"

"Aku tak punya banyak waktu, kawan," balas Eran, mencerminkan rasa kekhawatiran yang melekat pada dirinya.

Halbarad, mengamati ekspresi Eran yang jelas berbeda dari sikapnya yang biasa, tidak bisa menahan rasa penasaran. "Ada apa? Kau terlihat kacau sekali," ujar Halbarad yang sekarang terlihat penasaran melihat tingkah Eran yang tak setenang biasanya.

"Apa aku terlihat seperti itu?" tanya Eran, sambil segera meminum air dari ujung bejana kecil yang tersedia di meja, sebagai upaya untuk menenangkan diri.

"Lebih terlihat mengerikan, ah, tidak. Lebih terlihat seperti seseorang yang tampak kacau," ujar Halbarad dengan nada candaan, mencoba menghadirkan humor dalam situasi yang tegang.

"Berhentilah membuat omong kosong tak jelas," ujar Eran dengan nada serius, tak ingin menanggapi candaan temannya itu. Halbarad hanya menjawab dengan cekikikan tak jelas. Lalu, Eran melanjutkan, "aku ingin menyewamu untuk sebuah informasi," ujarnya, membuka pembicaraan dengan serius.

Lihat selengkapnya