Peperangan dan Ambisi: Buku 3. Angin Yang Ternoda Dari Barat

Sicksix
Chapter #27

89. Perdebatan Kecil

Kain duduk di antara Catallina dan Theo, mereka terbenam dalam diskusi serius tentang peristiwa yang baru saja terjadi. Cahaya lampu kecil di langit-langit ruangan hanya memberikan penerangan minimal, bayangan-bayangan samar melintas di wajah mereka.

Kain menatap tajam ke kedua temannya, wajahnya dipenuhi keraguan dengan informasi yang hendak dia sampaikan. "Aku harus memberitahu kalian, para penyerang itu sudah dicuci otak. Mereka sebenarnya tidak memiliki kontrol atas diri mereka sendiri, mereka seperti boneka yang dikendalikan oleh orang lain," kata Kain dengan suara serak.

Theo mengangguk perlahan. "Tapi mengapa mereka diminta untuk melakukan misi bunuh diri?" tanyanya, mencoba mencari pemahaman lebih dalam terkait maksud di balik tindakan tragis yang dilakukan oleh para penyerang tersebut.

Catallina menggigit bibirnya, menunjukkan ekspresi kekesalan. "Apakah ada petunjuk siapa yang berada di balik semua ini? Mengapa mereka ingin menciptakan kekacauan seperti ini?" ujarnya gusar.

"Aku tak tau pasti, aku belum menguliknya, yang pasti tujuan mereka dari awal adalah, Tane," ungkap Kain yakin.

Catallina yang duduk di sebelah Theo merasa benar-benar marah mendengar ini. Tatapannya melintas dengan cepat antara Kain dan Theo saat dia berusaha menghubungkan potongan-potongan informasi. "Jadi, penyerangan itu dilakukan tidak hanya untuk menyusup, tapi juga untuk menculik Tane?" ujar Catallina dengan suara yang penuh amarah.

Kain mengangguk dan menatap Theo dan Catallina dengan penuh perhatian. "Ya, itu memang kesimpulan yang aku dapatkan dari informasi yang aku peroleh dari Finto. Mereka menculik Tane dan menggunakan penyerangan ini sebagai taktik pengalihan. Mereka sengaja menyebar pasukan di tiga titik saat itu, untuk mengelabui kita," jelasnya dengan perasaan kesal, karena Kain tidak bisa menebak rencana itu, merasa terjebak dalam permainan licik musuh.

Theo menyipitkan matanya, mencoba merenung. "Jadi, mereka ingin membuat kita sibuk dengan pertahanan, sementara inti dari rencana mereka adalah menculik Tane?" tanyanya.

Kain mengangguk lagi. "Tepat. Mereka tahu pergerakan kita."

Catallina meluapkan kemarahannya, memukul meja kayu dengan kuat. "Kita begitu bodoh! Kita terpancing dan termakan rencana kotor mereka!" serunya dengan suara yang keras.

Theo mencoba menenangkan Catallina dengan meletakan tangannya di di lengan Catallina. "Tenanglah, Cat. Kita tidak bisa mengubah apa yang telah terjadi. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah mencari cara untuk menemukan Tane dan mengungkap siapa yang berada di balik semua ini," ucapnya dengan sedikit lembut, mencoba meredakan emosi sahabatnya.

"Ah, aku ingat sesuatu. Apa kalian pernah mendengar Jendral Markus di Satascar?" tanya Kain, setelah dia mengingat nama itu.

Ketika Kain melontarkan pertanyaan yang menyangkut nama Jendral Markus, Theo menggelengkan kepalanya dengan tenang, menandakan tidak tahu. Namun Catallina terlihat berpikir, gadis itu tengah berusaha mengingat memori masa lalunya saat kunjungan di Satascar, merenung sejenak sebelum mengeluarkan suaranya. "Markus? Ada seseorang yang bernama Markus saat aku berada di Satascar dulu. Dia selalu bersama Enid. Tapi, aku tidak tahu apakah dia sama dengan Jendral Markus yang dimaksud."

"Bisa saja itu Enid," Theo menduga, namun segera dibantah oleh Catallina.

Lihat selengkapnya