Peperangan dan Ambisi: Buku 3. Angin Yang Ternoda Dari Barat

Sicksix
Chapter #48

110. Perdebatan Kecil

Kain memimpin rombongannya melintasi gerbang Istana Kerajaan. Gerbang terbuka dengan gagahnya, dan para penjaga memberi hormat pada kedatangan mereka. Rombongan terus memasuki wilayah kota dengan cepat, menghentikan pacuan mereka saat mereka tiba di halaman istana. Di sana, Catallina dan Theo, dengan wajah penuh kekhawatiran, menanti.

"Sesuatu pasti terjadi," bisik Theo pada Catallina, matanya terus memperhatikan rombongan yang mendekat.

Tak lama kemudian, Kain terlihat melewati gerbang, lalu melepas tali yang mengikatnya bersama Taneaya, lalu dia turun dan membopong Taneaya, langkahnya terlihat lelah. Sorot mata mereka bertemu, dan pertanyaan tergambar di wajah Catallina dan Theo.

"Apa yang terjadi?" tanya Catallina begitu rombongan tiba di depan mereka.

Kain hanya menggelengkan kepala, "Bukan tempat yang tepat untuk bercerita. Aku butuh istirahat."

Dengan gesit, Catallina melangkah maju, khawatir terpancar di wajahnya. "Astaga! Apa yang terjadi pada Taneaya?" Suaranya serak oleh kecemasan.

Kain menunjuk Taneaya yang tak sadarkan diri di atas punggungnya. "Dia Butuh pertolongan segera."

Tanpa menunggu jawaban, Catallina memerintahkan beberapa prajurit agar Taneaya segera dibawa ke dalam istana, ke ruangan yang tenang. "Kalian, cepat kesini, bawa ke kamarku!" perintah Catallina.

"Panggil tabib istana!" perintah Theo kepada seorang pelayan yang berada di sekitar, dan pelayan itu segera berlari menjalankan tugasnya.

Sementara Taneaya dibawa ke dalam istana, Kain duduk di kursi panjang dengan ekspresi lelah. Di seberangnya, Theo duduk dengan serius.

"Apa yang terjadi, Kain?" Theo menanyakan dengan tatapan tajam.

Kain mengambil napas dalam-dalam sebelum menceritakan detail misinya. Ia menguraikan perjalanan berbahaya mereka untuk menyelamatkan Taneaya. 

Sejenak, Kain terdiam sebelum mengambil napas dalam-dalam. "Misi penyelamatan berubah menjadi bencana. Gerakanku tercium oleh anak buah Dignus."

Theo terkejut tak percaya, karena seorang Kain yang cerdas pergerakannya dapat tercium. "Sial." 

"Namun, aku bersyukur dia berada di pihak kita," lanjut Kain.

"Siapa dia?" tanya Catallina.

"Jendral kota, Sandise. Kalian tau?" Kain bertanya sambil menyandarkan punggungnya pada badan sofa.

"Sandise? Aku tak pernah mendengarnya. Cata?" tanya Theo.

Catallina menjawab dengan menggeleng. 

"Lalu, bagaimana dengan Eran? Apa kau bertemu dengannya disana?" tanya Theo penasaran.

Namun, ketika Theo menanyakan keberadaan Eran, wajah Kain berubah cemas.

Lihat selengkapnya