Kepeto berdiri di ruang taktis, kali ini dihadapkan pada tugas yang jauh lebih besar. Peta holografis di depannya menampilkan inti pertahanan Zankokuna—sebuah wilayah yang nyaris tidak bisa ditembus. Informasi yang baru mereka peroleh dari Kaiden telah membuka celah yang selama ini tersembunyi, tetapi celah itu tidak cukup. Dibutuhkan strategi sempurna untuk melumpuhkan musuh yang begitu kuat.
“Kita hanya punya satu kesempatan,” kata Arva, berdiri di sampingnya. Jarinya menunjuk ke titik yang berkedip merah pada peta. “Ini reaktor utama mereka. Jika kita berhasil menghancurkannya, Zankokuna akan kehilangan hampir semua sumber energi. Tapi jalan menuju ke sana penuh dengan sensor dan perangkap.”
Kepeto mengangguk, menyerap semua informasi. “Berapa lama kita punya waktu sebelum mereka memindahkan reaktor ini atau memperkuat pertahanan?”
Kaiden, yang duduk di sudut ruangan dengan tubuh masih lemah, menjawab. “Tidak lama. Maksimal tiga hari. Setelah itu, semua yang kita miliki akan menjadi sia-sia.”
“Tiga hari...” Kepeto menghela napas. “Baiklah. Arva, siapkan rencana. Kita butuh semua orang dalam kondisi terbaik. Tidak ada ruang untuk kesalahan.”
---
Malam itu, markas mereka penuh dengan persiapan. Lien bekerja tanpa henti, mempersiapkan drone-drone barunya yang dirancang untuk misi ini. Matanya terfokus pada layar monitor, tetapi beban di pikirannya jelas terlihat.
“Kau butuh istirahat,” suara lembut Lora menyela di balik punggungnya.
“Aku tidak bisa,” jawab Lien tanpa menoleh. “Drone-drone ini adalah satu-satunya hal yang bisa melindungi kita. Kalau ada satu saja yang gagal, semua orang bisa mati.”
Lora menepuk bahunya pelan. “Kau selalu keras pada dirimu sendiri, Lien. Tapi aku tahu kau akan berhasil. Kau selalu berhasil.”
Lien akhirnya menoleh, senyum tipis muncul di wajahnya. “Terima kasih, Lora. Aku akan melakukan yang terbaik.”
---
Hari berikutnya, seluruh tim berkumpul di hangar utama. Arva berdiri di depan mereka, menjelaskan rencana dengan nada tegas.
“Kita akan membagi tim menjadi tiga,” katanya. “Tim pertama, yang dipimpin oleh saya, akan menyusup melalui jalur udara untuk mengalihkan perhatian mereka. Tim kedua, di bawah komando Lien, akan menggunakan drone-drone ini untuk melumpuhkan sistem keamanan mereka. Tim ketiga, dipimpin oleh Kapten Kepeto, akan langsung menuju reaktor untuk menghancurkannya.”