Blurb
Meskipun awalnya tidak disetujui oleh orangtua angkatnya, selepas wisuda sarjana kedokteran, Pratiwi tetap bersikukuh menerima tugas pengabdian sebagai dokter PTT di Oksibil, pedalaman Wamena, Papua. Oksibil merupakan kawasan zona merah, karena masih sering terjadi penyerangan antara gerombolan bersenjata dengan aparat keamanan baik TNI maupun kepolisian.
Akhirnya dua bulan kemudian, Pratiwi berangkat ke Wamena, Papua. Setibanya di Wamena, Pratiwi segera bertolak menuju Oksibil, wilayah tugasnya. Meski dengan segala keterbatasan peralatan medis dan obat-obatan, dokter Pratiwi dibantu oleh Bertha, tenaga paramedis puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat setempat.
Dalam sebuah acara Festival Lembah Baliem, secara tidak sengaja Pratiwi bertemu dengan Bram, seorang pemuda tampan yang juga hobi fotografer. Bermula dari perkenalan singkat itu, telah menumbuhkan rasa suka di hati Bram kepada dokter cantik itu.
Pucuk dicinta ulampun tiba, rasa suka Bram tidak bertepuk sebelah tangan, ternyata Pratiwi juga memendam rasa yang sama terhadap Bram. Kedekatan mereka semakin terjalin hingga diketahui ternyata Bram adalah seorang pecandu narkoba yang melarikan diri dari masa rehabilitasinya di Amsterdam, Belanda.
Atas bujuk rayu Pratiwi, akhirnya Bram memutuskan kembali meneruskan masa rehabilitasinya di Belanda dan menerima perjodohannya dengan Sandra, seorang gadis pilihan orangtuanya.
Suatu malam, kejadian buruk dialami oleh Pratiwi, dia diculik oleh sekelompok orang bersenjata dan menyekapnya di suatu tempat yang tidak diketahui oleh siapa pun. Dalam keadaan depresi dan trauma, dengan taruhan keselamatan dirinya, Pratiwi dipaksa melakukan operasi bedah terhadap salah seorang pimpinan mereka yang barusaja tertembak oleh aparat kepolisian dalam penyerangan kemarin malam. Dengan todongan senjata api dan peralatan medis seadanya, dokter Pratiwi melakukan operasi bedah untuk mengeluarkan beberapa butir peluru timah yang bersarang di tubuh salah seorang pemimpin mereka.
Akhirnya Pratiwi dibebaskan secara diam-diam karena telah berhasil melakukan pertolongan medis kepada pemimpin mereka.
Karena dedikasi dan pengorbanannya sebagai seorang dokter, Pratiwi menerima beasiswa melanjutkan kuliah S2 di negri Van Orange, Belanda. Di Belanda, dia kembali dipertemukan dengan Sandi, sahabatnya yang sejak kecil tinggal bersama di sebuah panti asuhan sebelum dirinya di adopsi oleh keluarga Pak Thomas.
Setelah sekian lama terpisah, kini Sandi bisa bersama lagi dengan Pratiwi hingga memunculkan kembali rasa suka Sandi terhadap Pratiwi setelah sekian lama hilang. Sementara itu, Bram menolak perjodohannya dengan Sandra dan lebih memilih kembali ke Pratiwi.
Bram memutuskan untuk kembali ke Belanda namun dia harus mengalami kecelakaan pesawat terbang. Mengetahui akan hal itu, membuat Pratiwi histeris. Setelah sekian waktu tidak diketahui lagi soal keberadaan Bram, membuat Pratiwi depresi dan putus asa. Namun dia masih yakin dan berharap Bram selamat dan akan kembali menemuinya di Belanda.
Karena sebagai sahabat, meski dia harus mengorbankan perasaannya, Sandi terus berada di samping Pratiwi mencari tahu keberadaan Bram. Hanya satu yang menjadi harapan Sandi, dia ingin melihat Pratiwi bahagia, meski dia harus rela mengubur dalam-dalam rasa cintanya kepada Pratiwi.
Di sinilah pengorbanan Sandi sebagai seorang sahabat begitu besar, meski gadis yang dia cintai justru mencintai orang lain. Entah apa masih bisa Sandi berharap kelak Pratiwi mau menerimanya sebagai pendamping hidupnya.