PERANG SUDAH BERAKHIR

DENI WIJAYA
Chapter #2

GADIS BACKPACKER #2

Setelah beberapa jam menempuh perjalanan udara, kini tibalah Pratiwi di tanah Papua. Papua adalah sebuah fenomena. Selain kondisi alamnya yang asli dengan flora dan fauna yang memikat banyak pihak, kandungan kekayaan alamnya pun juga melimpah ruah. Meskipun selama ini, ketika orang menyebut Papua, yang terbayang dalam benak siapapun adalah kehidupan yang identik dengan primitif, koteka dan animisme.

Sesampainya di Bandara Sentani, Jayapura, Papua, Pratiwi memutuskan untuk menginap di Baliem Inn, beristirahat sejenak sebelum keesokan harinya harus bertolak ke Wamena. Karena jalan darat dengan tujuan ke Wamena sangat sulit untuk dilewati, apalagi dengan transportasi laut, sehingga mau tidak mau Pratiwi harus naik pesawat udara. Sesuai saran dari teman-temannya, dia harus bertolak ke Wamena naik pesawat paling pagi dari Jayapura karena pada pagi hari umumnya cuaca cerah dan jarang terjadi kabut.

Penerbangan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah, karena kota Wamena berada di dataran tinggi dan dikelilingi oleh pegunungan. Sesuai informasi koridor, rute yang akan dilalui pesawat akan melewati dia pegunungan yang cukup besar. Pada saat kabut, koridor ini kurang jelas terlihat sehingga berisiko pada penerbangan. Akhirnya dengan naik pesawat jenis Fokker 28, dari Bandara Sentani, Pratiwi bertolak menuju ke Wamena.

Dia memilih duduk di samping jendela pesawat agar bisa memperhatikan kondisi di luar pesawat. Setelah lepas landas, dia tak henti-hentinya memuji keagungan Tuhan tatkala menyaksikan keindahan alam pulau Papua yang kebanyakan belum banyak terjamah oleh tangan manusia dan masih asri. Hutan hijau yang lebat dimana-mana, sungai yang berkelok-kelok seperti ular sungguh pemandangan yang tak terlupakan.

Sejenak Pratiwi termenung dan berfikir. Ada istilah mengatakan "jika ke tanah Papua tapi belum ke Wamena, belumlah lengkap". Guyonan itu sekilas mengada-ada, namun baru kali ini, dengan mata kepalanya sendiri, dia takjub dengan lembah tak terjamah yang terbentang di bawahnya.

Tak hentinya dia berdecak kagum melihat hamparan ladang hijau di antara puncak-puncak gunung bagaikan hamparan luas permadani hijau. Firasatnya sungguh kuat, lembah ini bagai lukisan Tuhan yang luar biasa indah. Tak butuh waktu lama hingga dia tahu, lembah yang menghipnotisnya itu adalah Baliem.

Di tengah ganasnya dataran Papua, terbentang lembah cantik dengan sungai meliuk di tengahnya. Dipagari Pegunungan Trikora, lembah Baliem menjadi saksi harmonisnya alam Papua dengan beberapa suku sebagai penghuninya. Papua memiliki potensi alam yang sangat luar biasa.

Panorama tanah Papua laksana sebuah kidung agung yang memuat syair-syair indah yang melukiskan kemuliaan dan keagungan ciptaan Tuhan di muka bumi. Alamnya yang indah, udaranya yang bersih dan penduduknya yang kebanyakan masih hidup menyatu dengan alam, telah menarik perhatian mereka yang merindukan keseimbangan lingkungan.

Gunung-gunung yang tinggi menjulang ke langit, seolah hendak membelah angkasa, dengan ukuran raksasa dan berpuncak salju abadi merupakan keajaiban alam di kawasan tropis. Bagai putri salju yang sedang tertidur lelap. Juga, sungai-sungai yang mengalir berkelok-kelok dengan sejuta potensi air tawarnya. Bak ular naga emas yang sedang melata. Tidak terkecuali, hutan-hutan rimbun-lebat dengan aneka tanaman dan tumbuhan serta flora dan fauna. Ibarat taman nirwana nan penuh mempesona.

Beberapa saat saat melewati sungai Membramo, pesawat mulai mengalami banyak turbulensi saat melewati ruang-ruang di antara gunung yang berkabut. Tiba-tiba Pratiwi dan para penumpang lainnya dikejutkan dengan goncangan naik dan turun pada pesawat. Mereka berusaha tenang. tiba-tiba terdengar lagi bunyi gludak… gludak. Saat itu mereka masih belum menyadari sepenuhnya apa yang sedang dan akan terjadi dengan pesawat yang mereka tumpangi.

Untuk goncangan pertama, masih belum ada respon dari mereka. Mungkin saat itu mereka merasa hal itu sebagai suatu yang wajar, ada sedikit kesalahan teknis atau mungkin sebagian dari mereka menganggap goncangan itu seperti laiknya naik space mountain di Disneyland. Tapi ketika hentakan itu terjadi untuk kedua kalinya, bahkan disusul untuk yang ketiga kalinya, dan keempat kalinya, barulah histeria para penumpang pun mulai terdengar. Nampak wajah dua orang pramugari yang menyiratkan kecemasan. Mereka saling berpandangan.

Yang terjadi, kepanikan melanda penumpang pesawat. Mereka baru menyadari bahwa pesawat sedang ada masalah serius yang mungkin bisa membahayakan keselamatan mereka. Semua penumpang pesawat semakin panik dan teriak-teriak. Setelah beberapa menit mengadu adrenalin kemudian pesawat mulai bergerak normal dan mulai mendekati kota Wamena yang terletak di lembah Baliem yang dikelilingi pegunungan-pegunungan yang membuat akses jalan darat ke kota ini sangat sulit.

Ini kejadian yang tidak biasa, jantung terasa ditarik, dicopot dan dihempas seketika. Namun saat pesawat landing di bandar udara Wamena, pesawat berputar-putar sambil menurunkan ketinggian, membuat perut Pratiwi terasa diaduk-aduk.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya sampai juga Pratiwi di Bandara Wamena, masih sangat sederhana, dengan pagar terbuka dan dipenuhi penduduk asli yang melihat kedatangan pesawat itu. Sesaat kemudian dia bergegas turun dari pesawat, melakukan sujud sebagai tanda syukur kepada Sang Maha Pencipta bahwa dirinya selamat sampai ke tujuan.

Ritual yang kerap dilakukan saat pertama kali sang perantau menginjakkan kaki ke tanah rantau. Kemudian dia bergegas ke tempat pengambilan barang. Sesaat kemudian nampak beberapa warga asli Papua begitu menerimanya dengan tangan terbuka dan ramah. Setelah itu Pratiwi naik mobil yang akan menuju ke tempat penginapan, Baliem Inn.

******

Angin pagi berhembus pelan. Sinar matahari menyentuh hangat kulit. Cericit burung-burung mendendangkan asa akan hidup. Langit menghamparkan sejuta pesan tersembunyi. Di sana ada kedamaian dan keindahan. Tibalah waktu keberangkatan menjelang siang hari. Layaknya sang petualang Indiana Jones, Pratiwi masih dengan backpacker dipunggung, sudah siap berangkat menuju Oksibil.

Yang pasti Pratiwi tidak akan melupakan alat fotografi yaitu kamera. Karena tentu saja akan banyak objek menarik yang harus didokumentasikan. Penumpang di dalam sebuah mobil Mitsubishi tersebut ada dari beberapa orang. Di bagian belakang ada berapa mama-mama. Bagian depan ada tiga orang suster dan seorang sopir yang memegang kendali mobil. Dan tentu saja Pratiwi dan Burhan, salah seorang sahabat Pratiwi yang sama-sama bertugas sebagai dokter PTT di Narwastu.

Mobil jenis ini cukup tangguh melewati rute pedalaman seperti sungai kering. Jalan ke kawasan pedalaman masih berupa tanah dengan karakter kontur tanah tidak rata. Belum lagi apabila melewati tanah hitam yang penuh lumpur, yang kadang membuat mobil harus berjam-jam melewatinya. Masih untung berjam-jam, sering pula mobil terbalik karena ban mobil ambles masuk lumpur. Dengan mobil Mitsubishi ini, setidaknya hambatan itu akan tertangani.

Mobil ini memang diciptakan untuk perjalanan yang penuh dengan tantangan. Salah satu kelebihannya adalah memiliki double gardan dan tali pengait. Tali ini berfungsi untuk diikatkan ke pohon apabila mobil terbenam lumpur. Kemudian dinamo akan memutar dan menariknya dari lumpur. Selebihnya mobil ini dapat menyeberangi sungai tanpa macet. Di bagian depan agak samping ada semacam snoorkle yang berfungsi sebagai knalpot. Dengan snoorkle di atas ini, mobil begitu mudah melewati sungai tanpa macet.

Menjelang di pertigaan jalan, sang sopir melambatkan laju mobilnya. Rupanya mobil ini harus membayar retribusi angkutan. Walaupun mobil ini sangatlah keren, namun tetap saja dianggap angkutan yang harus membayar retribusi seperti angkot di kota. Di pertigaan ini, mobil akhirnya mengambil jalan lurus, yang memang menuju ke pedalaman lembah Baliem. Di kanan kiri perjalanan tumbuh banyak pohon-pohon lebat yang seakan-akan menaungi mobil mereka.

Sesekali riuh canda dan tawa terdengar dari penumpang di belakang. Teman-teman dari Papua ini, sedang berkisah melalui cerita-cerita lucu.

“Wi!’ panggil Burhan.

Lihat selengkapnya