Perawat Ganteng

Sastra Bisu
Chapter #2

Bab 2: Aku mirip sapi

***


Hari sudah malam. Namun, Rafsan sama sekali tidak menghubungiku. Ya ampun, apakah aku tidak cantik di matanya? Aku kurang apa? Bibir seksi ala Kylie Jenner, rambut berombak aduhai.


Apakah aku tidak memikat di matanya? Ataukah ia masih marah karena aku menyebutnya lebih cocok menjadi polisi ketimbang perawat? Padahal itu hanya pendapatku.


Rafsan, kok kamu baperan begini sih?


Aku masih melihat-lihat wajahku di dalam cermin mini yang sedang aku pegang. Aku cantik kok. Semua cowok yang pernah berkencan dengan aku mengatakan itu. Tidak ada yang salah dengan wajahku. Mendadak sesuatu terlintas di dalam pikiranku. Namun segera aku tepis dari dalam sana.


"Din!" panggil ibu di lantai bawah.


"Aku lagi kerja tugas, Bu." Aku bohong.


Aku langsung mengambil novel 'Looking for Alaska' yang aku beli beberapa bulan lalu. Aku membuka buku itu. Pura-pura sibuk hanya untuk menipu ibuku.


Pintu kamarku berbunyi, tanda ibu sedang membukanya. Kini ia bersedekap. Perlahan-lahan ia melangkah ke arahku. Dia masih memperhatikan apa yang aku lakukan.


"Aku ada tugas penting dari guru, Bu," kataku.


"Jangan bohong deh, Din. Itu jelas kamu baca novel."


Ibu mengambil buku yang aku baca lalu membalikkannya. Dia memergoki aku tengah membaca novel. Sepertinya ibuku dulu juara saat ia sekolah. Buktinya dia bisa membaca semua pergerakanku yang kurang baik.


"Hmm... Ibu manggil apa sih? Jangan bilang aku mau dijodohin? Ih, males banget ya. Aku masih sibuk kuliah, Bu. Jangan aneh-aneh deh."


Usiaku sekarang 20 tahun. Kurasa ini usia yang pas untuk menikah bagi masyarakat umum. Akan tetapi bagiku, aku belum siap untuk menikah. Aku masih ingin menikmati masa-masa kesal dengan dosen di kampusku.


"Kamu mau dijodohin? Ibu bahkan enggak bahas jodoh loh." Ibu memberikan tatapan selidik.


Baiklah. Jujur saja, aku sering membaca novel online perjodohan seusia diriku. Sampai pada akhirnya aku takut dijodohkan oleh ibuku. Ya. Mau setampan apapun pria itu, pokoknya aku belum siap.


"Terus ibu mau aku apa? Lagi males banget, Bu."


Aku benar-benar malas melakukan kegiatan. Aku masih ingin memikirkan tentang Rafsan. Perawat tampan itu tidak bisa lari dari kepalaku.

Lihat selengkapnya