Perawat Ganteng

Sastra Bisu
Chapter #3

Bab 3: Beli kondom

***


"Aku aja yang anter Rayen ke sekolah ya, Yah, Bu," seruku mengumumkan pada pagi harinya.


"Tumben. Pasti ada maunya ya?" tebak ibu.


Memang aku selalu mencari alasan apabila diminta membantu Rayen. Jarang sekali aku menawarkan diri mengurus Rayen. Melihat gelagatku yang aneh tentu saja membuat ibu dan ayah bertanya-tanya. Lihatlah, tatapan ibu dan ayah tidak berhenti melirik diriku.


"Emang enggak boleh baik sama adek? Kalau ibu dan ayah enggak izinin enggak apa-apa sih," ujarku.


Aku sengaja memasang wajah cuek seperti biasa. Meskipun sebenarnya dalam hati, aku sangat ingin mengantar Rayen ke sekolahnya. Aku sangat penasaran dengan Rafsan. Biasanya aku akan menyerah mengejar cowok.


Namun, modelan cowok seperti Rafsan membuat aku terus bertanya-tanya. Aku ingin tahu di mana lelaki itu bekerja sebenarnya. Rumah sakit manakah tempat lelaki setampan itu bekerja? Rumah sakit itu pasti bangga memiliki perawat yang bertalenta dan rupawan macam Rafsan.


"Boleh kok, Sayang. Ibu bahkan akan sangat senang kalau kamu mau mengantar Rayen. Ibu hanya penasaran, sebenarnya kamu ada maunya enggak nih sampai rajin begini?" Ibu masih menyelidiki setiap ekspresiku.


"Aku mau mobil baru dong, Bu," rayuku sambil menyengir.


"Tuh 'kan beneran ada maunya. Ngapain mobil baru. Mobil sekarang 'kan masih bagus. Untuk saat ini ibu belum mengizinkan kamu ganti mobil." Aku melirik ayahku. Namun, ibuku menatap ayah dengan tatapan tajam.


"Pokoknya enggak ya, Yah. Mobil baru jangan dulu. Ibu setuju kamu beli mobil baru kalau udah lulus kuliah. Itu aja kalau menurut ibu."


Jika harus jujur obrolan mobil ini hanyalah pengalihan isu saja. Aku hanya tidak mau orang tuaku menebak-nebak apa yang membuat aku rajin mengantar Rayen ke sekolah hari ini.


"Ya udah deh. Aku nurut aja," decitku malas.


Rayen terlihat sudah siap ke sekolah. Jadi, aku menyambar satu roti. Lalu memutuskan untuk berangkat sekarang. Aku mencium punggung tangan ayah dan ibu. Begitu pun dengan Rayen, sebelum akhirmya kami berangkat ke sekolah Rayen.


***


"Bu. Kalau boleh tahu, perawat cowok yang kemarin itu dari rumah sakit mana ya?" tanyaku kepada salah satu guru Rayen yang cukup aku kenali.


"Perawat cakep itu ya?" tebaknya. Aku mengangguk, mengiyakan orang yang dimaksud.


"Kemarin itu perawat dari RSMI. Kenapa? Kamu yang kasih pesan ke cowok itu ya?"


"Loh. Kok ibu tahu?"

Lihat selengkapnya