***
Ayah sampai membelalakkan mata ketika aku menyodorkan alat kontrasepsi pria kepadanya. Sepertinya ayah kaget karena aku membelikan alat itu kepada ayah.
"Ibu yang nyuruh," jawabku sebelum ayah bertanya lagi.
Kulihat ada anggukan kepala yang ia berikan kepadaku. Setelahnya, aku meninggalkan ayah. Aku langsung naik ke atas kamarku. Menyetel musik lalu menggunakan earbud supaya musik bisa langsung terdengar di telingaku.
Aku menyetel lagu 8 letters milik Why Don't We. Salah satu lagu kesukaanku yang selalu aku putar nyaris berulang-ulang setiap harinya. Sambil mendengarkan lagu, aku mulai scroll akun media sosial.
Mencari nama Rafsan di sana. Entahlah, ini zaman moderen ini kupikir semua orang pasti memiliki akun media sosial. Benar saja, aku menemukan nama Rafsan, lengkap dengan fotonya. Segera aku mengirimkan DM permintaan maaf untuk kedua kali.
Tidak ada balasan dari Rafsan meskipun yang aku lihat, ia sedang aktif. Aku menghela napas dan segera menutup aplikasi media sosialku. Kurasa aku perlu mengurangi harapan dalam diriku terhadap Rafsan.
Aku melanjutkan kegiatan membaca novelku sambil mendengarkan musik. Saking keasyikannya baca novel, aku tidak sadar pintu kamarku terbuka. Aku menoleh saat ibu sudah melangkah ke arahku. Kulihat wajah ibuku yang biasanya cerewet malah terlihat lesu.
"Ibu?" tanyaku kaget.
Aku agak heran karena kupikir ini akan menjadi malam menggairahkan antara ayah dan ibu. Lalu mengapa ibu masuk kamarku dengan pakaian tidur? Apakah ayah dan ibu lagi marahan.
"Hmm... Malam ini ibu mau tidur sama kamu, Din," katanya.
"Kenapa? Ayah enggak suka kondomnya? Bukannya ibu dan ayah rencananya mau begituan?" tanyaku ragu.
Ada perasaan geli saat aku mengatakan itu. Astaga! Aku hanya gadis dua puluh tahun yang sebenarnya masih merasa seperti anak gadis balita. Aku tidak terlalu tertarik membahas masalah orang dewasa yang super hot.
"Ih, kok malah bahas itu sih, Din. Ibu kangen aja sama anak perempuan ibu."
Kini ibu mengambil posisi duduk di sampingku. Tanpa meminta permisi, ia menaruh satu pasang earbud ke telinganya.
"Lagunya enak juga, Din. Lagu siapa sih? Backstreet Boys ya?" tebaknya.
"Why Don't We. Percuma aku jelasin. Ibu enggak bakalan paham." Aku mengatakan itu karena WDW bukan boyband jaman dulu.
Ibu memutar bola matanya. Dia berusaha memperbaiki posisi tidurnya. Tindakannya membuatku semakin penasaran mengenai apa yang sedang ayah lakukan pada ibu.