“Janji, kita ketemu lagi di jakarta.” Kedua sahabat itu saling berpelukan menutup kecewa karena pertemuan yang sudah diatur agar Salma yang datang ke sini menjadi gagal.
“Maaf, aku kurang menjamu sahabatku.” Sesal Asma.
Salma menggeleng masih dalam pelukan. “Aku ngalah sama takdir, kamu harus pulang, suami kamu nunggu.” Dia melepaskan pelukan lalu beralih pada kedua orang tua Asma. “Salma pamit ya, Umi, Aba.”
“Maaf ya, Nduk, bila menjamu disini banyak kekurangan.” Ibu Asma mengusap lengan Salma.
“Tidak, Umi. Salma, sudah dianggap seperti anak sendiri saja sudah senang. Salma pamit ya Umi, Aba.” Salam segera masuk ke dalam taksi, ia kembali ke hotel, malam ini tidak jadi menginap di rumah Asma lantaran Asma akan kembali besok setelah subuh.
Sudah mengantarkan kepergian sahabatnya, Asma pamit hendak ke kamarnya. “Aku ke kamar, Umi, Aba.”
“Iya, sana istirahat sambil telpon lagi Gus Aiman nya,” katanya Nyai Afifah
Asma mengangguk kemudian masuk ke dalam rumah menuju kamar. Kembali mencoba berkali-kali menghubungi Aiman.
Tut.
Tut.
Tut.
Begitu terdengar nada berhenti.
“Assalamualaikum, Mas.” Hening. Dari seberang sana terdiam membuat Asma pun ikut terdiam.
Rasa bersalah yang pertama hadir begitu mendengar suara istrinya “Waalaikumsalam, Ning.”
Suara Aiman terdengar lemah, dukanya begitu terasa oleh Asma sampai enggan memberi kabar tentang keselamatannya di jalan. Asma mengerti mungkin kedekatan Bu Utami dengan Aiman sudah seperti ibu dan anak. Tapi, rasanya tidak berat juga untuk sekedar mengabari istri jika dirinya sudah selamat sampai tujuan.
Meski kecewa Asma terus menutupi perasaannya. “Mas, aku dengar kabar bu Utami, wafat,” begitu dalam duka itu sampai Aiman masih saja diam. Padahal Asma menunggu suaranya untuk bicara.
“Iya, Ning. Maaf aku baru bisa angkat telponmu.” Kata-kata Aiman terlampau dingin untuk seorang suami yang bicara pada istrinya.
“Aku ngerti, Mas. Bu Utami pasti sudah kamu anggap seperti ibu sendiri, bukan. Aku kembali sekarang saja, Mas? Untuk membantu disana.” Asma sudah hendak beranjak.
“Tidak usah, besok pagi saja,” kata Aiman seolah enggan Asma ada.