Remuk rasanya semua bagian tubuh pagi ini sampai membuat Fatihah melewatkan waktu subuh, matahari sudah hampir terlihat barulah ia membersihkan tubuhnya dengan rasa tidak nyaman. Masih tertinggal bercak darah setelah buang air kecil. Perempuan sepertinya melayan Dwi yang sudah terbiasa pada perempuan, sungguh Fatihah kewalahan, dirinya tidak punya pembanding pada sebuah hubungan suami istri.
Dwi masih tengkurap tanpa pakaian,entah semalam sampai jam berapa hampir saja Fatihah hilang kesadaran karena Dwi tidak mau berhenti. Setelah membersikan tubuhnya ia keluar, mencari air putih.
Entah berapa gelas yang dihabiskan, rasanya kerongkongannya terasa kering. Masih meringis ia kembali ke atas ranjang, gerakan kecilnya membuat Dwi bangun. Langsung menariknya dalam dekapan.
“Siapa yang suru pake baju?” Matanya masih tertutup tapi lengan kekarnya memeluk tubuh mungil Fatihah.
“Tadi habis bersih-bersih, Mas.” Ada rasa takut jika pria itu akan kembali melakukan.
“Mm.” Dwi mencium berkali-kali rambut Fatihah, semakin intens dengan gerakan tangan yang kembali menjelajah tubuh bagian atasnya.
“Kecil. Tapi aku puas.” Ia meremasnya kuat membuat Fatihah kesakitan.
“Mas.” pangilnya lemah menahan tangan Dwi.
Tangan itu kembali menjelajah, padahal Dwi belum membersihkan tubuhnya sama sekali. “Mas, bersih-bersih dulu.” Lembut Fatihah meminta sembari membelai lengangnya.
“Mmm.” Dwi tidak mau ia terus saja memegang bagian tubuh yang disukainya.
Tidak bisa membantah Fatihah diam membiarkan Dwi sesukanya menyentuh setiap bagian tubuhnya.
“Aku mandi sebentar, buka bajunya.” pintanya lagi. Ia pergi begitu saja tanpa malu tidak ada satu helai pun pakaian.
Padahal perut Fatihah lapar, semalam hanya makan sedikit, tapi suaminya kembali menginginkannya pagi ini. Tidak bisa menolak ia membuka bajunya lagi, berbaring di dalam selimut menunggu Dwi datang.
*
Sudah jam sepuluh Dwi bangun dengan Fatihah masih ada dalam pelukannya. Ia menggesernya lantas masuk dalam kamar mandi. Fatihah juga ikut bangun, mencari pakaian yang bisa dipakainya untuk menutupi.
Keluar dari kamar mandi Dwi sudah segar, bergantian Fatihah yang masuk, begitu di dalam kamar mandi barulah ia memperlihatkan wajah kesakitan seratnya menahan bawah perutnya sambil meringis. Setelah mengenakan jubah mandi Fatihah kembali keluar setelah mencuci wajahnya.
Dwi sudah siap dengan pakaian kerja.