Tidak ada tempat untuk mengadu hanya bisa memanjatkan doa penuh urai air mata, dari rakaat pertama sampai rakaat terakhir. Air mata tak henti mengalir ia tidak ikhlas dirinya dihinakan seperti ini, ia bukan manusia yang tidak tahu malu melakukan hal demikian. Jelas dalam islam itu sangat dilarang bahkan dilaknat Allah.
Seorang perempuan yang Allah ciptakan penuh kasih sayang saat ini harus terhinakan karena seorang pria yang tidak menghargainya. “Hamba tidak ikhlas, Ya Allah. Apa yang suami hamba lakukan sangat merendahkan derajat hamba sebagai muslimah.” Ratapannya terus mengisi sunyinya malam.
*
“Hoy. Tolong dulu, tolong, yang ini. Ya Allah.” Orang yang berlari hendak membantu Dwi. Begitu melihat keadaannya dengan pinggang terhimpit badan mobil.
Diteng kesadarannya Dwi maish merintih melihat tubuhnya sendiri. Barulah ia menangis ketakutan. Sedangkan Bella yang terpental mengalami patah tulang langsung ditolong.
“Dwi.” Teriaknya setengah sadar. Melihat prianya dalam mobil dengan tubuh terhimpit juga bersimbah darah, Bella masih melihat Dwi sadar, setelahnya ia tidak tahu lagi bagaimana.
Pertolongan untuk mengeluarkan Dwi dari himpitan berjalan dramatis, satu demi satu rangka mobil dipotong sampai medis datang memberinya infus sementara.
“Tolong cepat, saya Dwi Tiyas Haryono. Punya banyak uang, nanti saya kasih kamu banyak uang.” Katanya pelan, antara kesadaran dengan kesombongan jika dunia miliknya.
“Iya, Pak. Jangan kehilangan kesadaran ya pak.” yang dipikirkan orang evakuasi itu jika Dwi sedang dalam halusinasi, bagaimanapun caranya Dwi harus tetap sadar, jika tidak ia akan koma.
Rintihannya terdengar pilu bagi mereka yang ada disana, tidak pernah tahu bagaimana sisi kejam seorang Dwi. Banyak yang berniat menolong di sana tidak dengan Fatihah harus sendirian menyembuhkan trauma atas apa yang dilakukannya. Peristiwa malam itu akan selalu membekas dalam batinnya sebagai sebuah penyakit.
Satu jam kemudian barulah Dwi bisa terlepas dari kerangka mobil lalu dibawa ke rumah sakit dimana Bella juga ada di sana. tidak sulit menemukan identitas Dwi, seketika orang taunya mengetahui keadaan putranya.
Mega sudah ada di sana bersama Tyas, setelah tadi menyetujui tindakan operasi pada Dwi segera. Fatihah yang mendapatkan kabar kecelakaan Dwi segera ke rumah sakit walaupun dengan batin hancur lebur.
Tiyas dan Mega menunggu Dwi di depan ruang operasi, keduanya sudah tahu jika kecelakaan ini Dwi sedang bersama seorang wanita. Hanya, Mega menutup rapat wanita itu, menjelaskan pada Fatihah saja tidak. Ia tidak mau membahas perempuan itu pada Fatihah, ia hanya memprioritaskan kesembuhan putranya. Mega sama sekali tidak peduli pada Bella, tadi ditanya kenal atau tidak saja Mega menjawab tidak.
Dokter Devi sebagai dokter jaga malam itu melihat Fatihah, ia ingat betul dengan perempuan berkerudung lebar, datang dengan keadaan badannya panas tapi tidak mau bicara apa yang sakit. Setelah diajak bicara barulah diketahui jika ia mengalami pelecehan dari suaminya sendiri.