Perempuan Berniqab Hitam

Nila Kresna
Chapter #32

Jinah Bersama Ryan

Mata gus Aiman kini beralih pada Ryan. “Kamu bagaimana?” tanyanya dengan tatapan tidak percaya pada Ryan. Jika Kyai hanya tahu sola perceraian Fatihah, Aimna tahu apa yang menimpanya dan mengapa perceraian itu harus ada.

Suaranya terdengar bergetar ragu. “Iya, saya siap disumpah. Kalau perlu sumpah pocong sekalian,” katanya penuh percaya diri.

“Tidak perlu, saya hanya ingin sumpah atas nama Allah,” Fatihah yang menjawab permintaan sumpah pocong Ryan

Ryan langsung meremehkan. “Mm, kenapa takut karmanya menyerang kamu?” Senyumnya licik, seribu pembelaan ada dalam hatinya. Kyai Umar saja percaya padanya, lagi pula siapa yang akan percaya pada perempuan yang diceraikan suaminya.

“Tidak perlu sumpah pocong. Allah yang tahu segalanya.” Bela Aiman.

Ryan tidak suka Aiman terus menyerangnya. “Kamu tidak percaya padaku, Gus? Kita sudah lama kenal, sama-sama menimba ilmu di pesantren.”

“Percaya atau tidaknya diluar perkara pembuktian nati. Aku berharap ada bukti kuat atas ucapanmu!” Katanya tenang.

“Mana ada bukti atau saksi, kami melakukannya hanya berdua,” jawab Ryan.

Seketika suara sorakan tergema pada Fatihah. Ia seperti sedang ditelanjangi di hadapan semua orang atas ucapan Ryan barusan, tapi dirinya harus kuat untuk membuktikan jika perkataannya adalah fitnah.

“Dari apa yang kalian lakukan berdua akan menjadi bukti,” balas Aiman lagi dengan tatapan menghunus pada Ryan. Tentunya tidak terima seorang perempuan solehah diperlakukan demikian.

Aiman bisa melihat bagaimana saat ini tatapan pesakitan Fatihah atas fitnahnya.

“Maksudmu apa, Gus? Bukti apa yang bisa dilihat dari perbuatan?” tanya Ryan semakin penasaran dengan cara pembuktian yang akan Aiman lakukan, sedangkan sudah sangat jelas Fatihah kalah oleh pernyataannya.

Ketegasan Aiman berdiri hendak bicara. “Saya, minta kalian yang ada di sini mendengarkan dengan hati nurani, melihat dengan jelas diman akar masalah dan tidak berpihak pada siapapun!”

Kyai Umar yang tadinya hendak pergi kembali duduk, keyakinan Aiman membuatnya ingin tahu pembuktian apa yang akan dilakukannya.

Seketika suasana menjadi tegang, Ryan yang tadi begitu percaya diri mulai berkeringat dingin. Sedangkan Fatihah terlihat tenang.

“Ambilkan Al Qur'an,” katanya pada Asma yang duduk di samping nyai Hasnah.

Asma mengangguk meski ingin sekali bertanya mengapa Aiman melakukan ini, jika dirinya tidak mengetahui permasalahan yang terjadi. Di Islam diajarkan untuk diam jika tidak mengetahui perkara dengan benar sesuatu itu, tapi mungkinkah?

Lihat selengkapnya