Perempuan Dalam Diam

Sunarti
Chapter #2

Masa Kecil Maya Bersama Ayah

Masa kecil Maya, bukanlah masa yang indah untuk diingat, tapi masa dimana dia Ia harus merasakan trauma yang tidak akan pernah bisa dilupakan seumur hidupnya.

Sebagai anak tunggal, dan memiliki keluarga yang broken home, saat ia berusia 5 tahun. Kedua orangtuanya seringkali bertengkar hingga akhirnya memutuskan untuk berpisah.

Entah apa alasan pastinya mereka mengambil keputusan seperti itu. Karena di setiap pertengkaran mereka, yang Maya tahu hanya satu kalimat yang seringkali diucapkan sang ayah, yaitu 'selingkuh', entah siapa yang selingkuh. Maya belum mengerti saat itu, dia hanya bisa diam, selayaknya anak kecil yang belum mengerti apa-apa.

Dia tidak mengetahui alasannya, mengapa ia tidak tinggal bersama ibunya di Jakarta, melainkan dengan ayahnya, dikampung halaman sang ayah, tepatnya dirumah Kakek. Ayahnya kemudian menikah lagi dengan seorang wanita di kampung yang sama, setelah setahun bercerai dari ibunya.

Rumah Kakek cukup sederhana jika dibandingkan dengan rumah-rumah tetangganya. Karena Kakek hanya seorang petani biasa yang mengerjakan sawah milik orang lain, dan menerima upah jika sawahnya telah panen.

Ada pepatah mengatakan, "Ibu tiri tak sekejam ibukota." Tapi pepatah ini tidak berlaku untuk hidup Maya saat itu, bahkan ibu sambungnya dengan sangat kejam memperlakukan dirinya yang masih kecil saat itu.

Ketika usia Maya menginjak 7 tahun, ia mengalami bermacam-macam perbuatan yang kurang menyenangkan dari ibu sambungnya, baik itu secara verbal ataupun non verbal, jika Maya menolak perintahnya. Ibu sambungnya melakukan itu ketika sang ayah sedang bekerja di Jakarta, namun jika ayahnya pulang kekampung, ibu sambungnya akan bersikap sangat baik terhadap Maya. Itulah yang Maya rasakan, sama persis seperti yang ia tonton ditelevisi, cerita tentang kejamnya Ibu sambung.

Setiap harinya, jika sang ayah sedang bekerja dan Kakek disawah, ibu sambungnya selalu menyuruh Maya untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah, baik itu mencuci baju, mencuci piring dan membersihkan rumah, walaupun perawakannya lebih tinggi dari anak-anak seusianya saat itu, tapi Maya tetaplah anak dibawah umur yang masih ingin bermain dengan teman sebayanya, dan butuh kasih sayang dari orangtuanya. Disaat Maya mengerjakan semua pekerjaan rumah, ibu sambungnya dengan santai tidur-tiduran didalam kamar atau duduk santai depan rumah, bahkan main kerumah tetangga di sebelah rumah mereka. Tetangga mereka yang mengetahui perbuatan Ibu sambung Maya, tidak dapat berbuat apa-apa, mereka hanya bisa diam, sikap mereka seperti itu lebih karena tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga orang lain.

Setiap harinya, tanpa sepengetahuan Ayah dan Kakek, Maya makan nasi dengan lauk garam, siwang (terasi dan bawang yang dicampur dan dihaluskan), dan terkadang hanya dengan terasi saja yang digarang diatas kompor. Karena lauk yang dimasak hanya untuk makan Ibu sambungnya dan Kakek. Tapi jika ayahnya sedang berada dirumah, Maya makan dengan lauk seperti yang mereka makan.

Suatu hari, ada tetangganya, seorang wanita paruh baya, yang merasa iba melihat kelakuan ibu sambungnya terhadap Maya, ia memanggil Maya, disaat Ibu sambungnya tidak ada dirumah, dan menyuruh Maya makan dengan lauk ayam goreng, walaupun Maya sungkan dan menolak, tapi tetangganya memaksa Maya agar mau memakannya.

Pernah suatu ketika, Maya sedang makan dirumah tetangganya yang sering memberinya makan dengan lauk ayam goreng, tiba-tiba suara ibu sambungnya teriak memanggil namanya, karena takut dipukuli oleh ibu sambungnya jika melihat dia sedang makan di rumah orang lain, dengan cepat Maya masuk kekolong meja makan sambil membawa makanannya karena perutnya sangat lapar saat itu, iapun makan dikolong meja, bersama dengan seekor kucing yang saat itu sudah menunggunya untuk memberikan sebagian lauknya. Mayapun memberikan memotong sebagian ayam gorengnya, dan memberikannya kepada kucing itu.

Jika Ayah Maya pulang membawa makanan ringan, seperti kue semprong, wafer coklat dengan kemasan bergambar superman sedang terbang (makanan ringan jaman dulu), Maya tidak diperbolehkan memakannya, selalu diletakan didalam lemari kaca yang selalu dikunci oleh ibu sambungnya, dan Maya hanya bisa melihatnya saja, tanpa berani meminta, karena ibu sambungnya pasti akan memarahi atau bahkan tidak segan-segan untuk memukulnya dengan sapu. Jadi dia hanya diam dan tidak berani mengadukan hal tersebut kepada Ayah dan Kakeknya.

Suatu ketika, dihari Sabtu malam minggu, kepala desa dikampung mereka mengadakan hajatan untuk khitanan atau sunatan anaknya, yang diadakan secara besar-besaran dengan mengundang artis dangdut terkenal Ibukota. Seluruh penduduk desa berbondong-bondong ke rumah kepala desa mereka untuk melihat artis dangdut itu menyanyi. Kala itu, Maya sedang berada diteras rumah bersama Kakeknya, melihat Ibu sambungnya sudah berdandan cantik dan rapi, seperti sedang bersiap-siap untuk pergi.

Lihat selengkapnya