Perempuan Dalam Diam

Sunarti
Chapter #4

Permohonan Maya kepada Budiman

Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, Maya bekerja disebuah pabrik yang memproduksi komponen untuk perangkat komputer, yang berada di KBN (Kawasan Berikat Nusantara), tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Ketika pekerjaannya dipabrik sudah selesai di sore hari, dia bergegas menuju kekampusnya untuk kuliah.

Kegiatan sehari-harinya tersebut, dengan diantar jemput oleh Budiman, sang kekasih. Jika sudah selesai dengan pekerjaannya dipabrik, pasti Maya langsung kekampusnya untuk mengikuti perkuliahan. Begitulah aktivitas Maya, dari hari Senin sampai Jumat, sedangkan hari Sabtu dan Minggu libur.

---

Suatu hari Maya membutuhkan uang untuk membayar kuliahnya, Maya berniat mengambil uang tabungan yang dia titipkan di Ibunya.

"Maya butuh uang untuk membayar biaya semester dikampus Bu," kata Maya kepada ibunya.

"Ooh, uang tabungan kamu sama uang ibu, sudah dipakai untuk membeli tanah May, kebetulan tetangga kita ada yang jual tanah murah."

"Tapi Maya butuh sekarang untuk membayar perkuliahan semester ini Bu."

"kamu kan punya pacar, si Budiman, bilang sama pacar kamu pinjam dulu nanti kalau kamu ada uang diganti May."

"Maya malu bu, kalau harus pinjam sama Mas Budiman," jawab Maya dengan nada suara pelan.

"Ngapain malu May, kalau dia sayang sama kamu, dia pasti meminjamkan uangnya ke kamu, malah bisa jadi tanpa dia minta kembali uangnya May."

"Oh iya May, kemarin ibu ditegur sama ibu-ibu tetangga kita May, katanya kamu pacaran sudah lama sama Budiman, kapan kalian nikah, gitu May," tanya ibu.

"Maya kan masih kuliah Bu, kalaupun sudah lulus, mau melamar bekerja dikantor dulu, biar bisa kerja enak dengan gaji yang besar, biar bisa nabung buat beli rumah."

"Lagipula kamu kan perempuan May, buat apa sekolah tinggi-tinggi, nanti juga kalau sudah menikah disuruh berhenti kerja dan sibuk mengurus anak," lanjut ibu.

"Memangnya Ibu beli tanah itu buat siapa? kan kita sudah punya rumah," tanya Maya balik dengan suara yang pelan tanpa menjawab pertanyaan ibunya.

"Rumah yang kita tempati sekarang kan punya ayah tiri kamu, dan sebentar lagi Kakak tiri kamu kan mau nikah, jadi dia mau membangun rumah untuk tempat tinggal dia dan istrinya nanti dengan tanah itu, selama ini sekolah kamu dibiayai oleh Bapaknya, masa kamu mau hitung-hitungan sih May, bapaknya saja sekolahin kamu dari kamu SD loh sampai SMA, kalau kamu total semua biayanya tidak sebanding dengan uang tabungan kamu itu, waktu kamu dikampung dulu, kamu hanya sekolah di Madrasah, sampai akhirnya kamu tinggal sama Ibu di Jakarta dan bisa sekolah sampai SMA," jawab ibu dengan mata yang sedikit melotot kearah Maya. Maya hanya tertunduk diam tanpa menjawab semua perkataan ibunya.

"Maya permisi dulu bu," Maya pamit sambil berlalu, tanpa berani menatap wajah ibunya.

Lihat selengkapnya