CERAH. Hari-hari sekolah ditutup dengan beberapa kali pukulan bel dan sinar mata hari yang samar masuk ke kelas melalui celah-celah jendela kayu yang tinggi. Marno melamun, dia menatapi satu-persatu teman di kelasnya. Dalam hati, Marno tersenyum waktu dia lihat cahata mata hari seolah mengelus kepala anak-anak itu, masing-masing rambut menghasilkan sekilas warna yang cantik menurutnya.
"Heh, Mar" lamunan Marno seketika buyar, senyum kecil yang muncul di wajahnya langsung longsor ke bawah. Marno hanya menggerakan matanya pada Benjen yang menoleh ke arahnya.
"Apa" balas Marno ketus. Benjen kelihatannya tetap senang meski respon Marno terlihat tidak nyaman. Dia malah semakin mendekat dan menyenggol-nyenggol bahu Marno, "kau sibuk, kah? mau bertemu dengan teman-teman?"
Kedua alis Marno naik, dia terlihat menimbang-nimbang, "tidak" jawab Marno sambil jalan berlalu. Melihat itu, Benjen terlihat tidak kehabisan akal, dia langsung balas berteriak, "eh! temanku ada yang bersaudara dengan Naatje!"
Henkjan mengerutkan kening dan menoleh ke belakang, "kenapa bawa-bawa Nancy?"
"Ayolah Marno!" Benjen berseru sambil berjalan mendekat, tangan kirinya merangkul Marno, "pasti bakal seru, kapan lagi ada anak yang ajak kamu berteman secara cuma-cuma, bukankah asyik kalau bicara dengan kawan sebaya di sekolah?"
"Saya belum terpikir buat ikut-ikutan sekarang" kata Marno, "kalau besok mungkin iya..."
"Benar?" tanya Benjen dengan kedua mata yang berbinar. Marno mengangguk, "hari pertama sekolah, harus laporan ke kakak saya" kata Marno sambil mengangkat kedua bahunya. Akhirnya, Marno kembali berjalan dan melambaikan tangannya, berbalas dengan Benjen yang terlihat berjalan ke arah lain.
"Hoi Marno!" kembali Benjen berseru, membuat Marno merengut dan memasang senyum palsu sambil kembali berbalik. Benjen terlihat sangat senang, dia melambaikan tangannya sambil tertawa-tawa, "jangan lupa bawa zak1 lebih! minta sana sama kakakmu!" serunya.
Marno cuma mendengus, dia tertawa dan mengangguk pada Benjen kemudian kembali berjalan pergi. Entah apa rencana Benjen besok, yang jelas Henkjan memperhitungkan kalau 'teman' barunya akan mengajaknya berpelesir2.
Waktu Marno keluar dari area sekolah, tanpa sengaja dia melewati jendela lantai dua, di sudut paling kiri. Marno terdiam semebntar untuk menatap Nancy yang sedang berdiri menatapnya dari jendela yang terbuka. Rambut Nancy yang kena bias cahaya mata membuatnya terlihat seperti diciptakan dari untai perak, dengan kedua mata berwarna biru yang hanya bisa dia lihat tengah hari pada musim kemarau. Terik. Marno langsung berbalik sambil menutup kedua matanya yang terasa perih.
"Sial, perempuan itu bikin aku pusing" omel Marno sambil terus berjalan. Kedua mata Marno tetap terarah ke bawah, dia berjalan di pinggiran dengan kedua tangan pegal memegang beberapa buku yang diikat dengan tali. Memang sial guru botani dan matematika yang kepikiran ide memberi pekerjaan rumah begitu banyak, padahal Marno sudah capek berdoa supaya dia tidak usah bawa buku pulang ke rumah.