BERARAK. Langitnya mabuk dengan awan-awan gempal, matahari tetap terik tapi silaunya kalau dengan Marno yang petantang-petenteng sambil menggiring pit1 barunya. Tidak henti dia memamerkan kedua giginya hingga sampai di parkiran belakang sekolah. Di sana tentu dia menemukan kawan-kawan barunya, wajah-wajah badung yang kedepannya akan jadi incaran penasehat murid2.
Seperti biasa, tiga buah sekar api membuat kepak asap. Owen dan Benjen jadi sumbernya, rokok bertengger diantara seringai sedangkan Johan dan Zahid berjongkok di sampingnya, tangan menggengam botol limun dingin yang masih berembun.
"Waduh!" kedua mata Zahid langsung membulat melihat pit yang ditenteng Marno, dia langsung berdiri dan menyambut. Waktu Marno memarkirkan pit, Zahid langsung menyentuhnya tanpa ijin, "Fongers3? seri berapa?" tanya Zahid antusias.
Marno tersenyum, dia mengelus-elus stang dan meniupnya, "seri saya mana tahu, yang penting Fongers. Jelas leuk4, haha"
"Sial, aku juga ingin yang begitu!" Benjen langsung menyalak, "ayo beri tahu, habis berapa kamu ambil yang begini?"
"Kakak yang belikan," Marno nyengir sambil memainkan bel, "makanya punya kakak dong"
Tentu saja kepala Marno langsung ditoyor oleh Benjen, "sial..." desis Benjen kesal. Kembali dia melihat pit milik Marno dengan penuh minat, "ini kamu dapat habis jual nilai ya? dapat A di ujian apa, hah?"
Marno menggeleng, hal itu membuat Benjen memicingkan mata dan mendesis, "hah? kok bisa?"
"Sampai umur berapapun, seorang adik akan terlihat manis dan menggemaskan di mata kakaknya" jawab Marno sambil memasang wajah seperti anak anjing yang dibuang, dengan mata bulat dan wajah meringis sedih. Tentu saja kalau Marno yang melakukan, itu bikin merinding, dan bersambut suara muntah dari teman-temannya.
"Kalian sudah belajar belum? omong-omong, nih ya... supaya terasa kaum terpelajarnya" kata Zahid, tentu saja disambut alis berkedut oleh teman-teman yang lain.
Owen jadi yang pertama bersuara, "hah, apa? ada ujian?"
"Sial!" Marno meringis, dia menepuk dahinya, "bahasa!"
Seketika Johan terlihat pucat, dia langsung membuka tas miliknya, "hah, apa? apa? Nederland? Prancis? Inggris?"
"Inggris" sahut Zahid.
Benjen langsung menghela nafas dan menangkupkan kedua tangannya, "ini adalah saat yang tepat untuk menguji keimanan kalian juga, teman-teman... berdoalah pada Tuhan"
Saat sedang terdiam, tiba-tiba Johan memiringkan kepalanya, kedua mata fokus pada sesuatu, "eh, itu apa?" tanya Johan sambil menunjuk pada sebuah kotak yang diikat di bagian belakang pit.