Perempuan Dalam Sunyi

Zizan
Chapter #8

Bab 8: Malam Pertama Rena



Setahun kebersamaan Rena dan Niko telah menjadi pondasi kuat bagi penerimaan diri Rangga. Niko telah menjadi jangkar, oasis di tengah dua dunia yang ia jalani. Namun, ada satu batasan lagi yang belum terlampaui, sebuah eksplorasi yang lebih dalam, lebih intim, yang selama ini hanya berani ia bayangkan: puncak dari penerimaan dirinya sebagai Rena secara fisik dan seksual. Niko, dengan kelembutan dan pemahamannya, secara perlahan telah membuka jalan menuju momen itu.


Malam itu, di apartemen Niko, suasana terasa berbeda. Lilin-lilin kecil menyala, memancarkan cahaya remang yang hangat. Aroma esensial lavender memenuhi ruangan, menciptakan ketenangan yang menenangkan saraf-saraf Rangga yang tegang namun penuh antisipasi. Rena mengenakan gaun tidur satin merah marun favoritnya, yang jatuh lembut di tubuhnya, menonjolkan lekuk yang ia impikan. Niko duduk di sampingnya di sofa, membelai rambut wig hitam panjang Rena dengan jari-jarinya.


"Kamu siap, Rena?" bisik Niko lembut, matanya menatap dalam mata Rena, seolah membaca setiap gejolak di sana.


Rena mengangguk pelan, napasnya tertahan. Jantungnya berdebar kencang, bukan lagi karena takut, tapi karena perpaduan antara gairah, rasa ingin tahu, dan sedikit kecemasan akan hal yang belum pernah ia alami. Niko tersenyum, senyum yang meyakinkan, lalu menuntun Rena ke kamar tidur.


Kamar itu juga temaram, hanya diterangi lampu tidur yang redup. Niko membaringkan Rena perlahan di ranjang, lalu ikut berbaring di sampingnya. Tangannya mulai membelai lembut, dari rambut, turun ke pipi, leher, lalu bahu. Setiap sentuhan Niko adalah sebuah janji akan kelembutan. Ia melepas gaun tidur Rena perlahan, memperlihatkan BH renda dan G-string yang dikenakan Rena. 


Niko mengagumi Rena dengan tatapan yang memuja, tanpa sedikit pun keraguan atau jijik. Ia melepas satu per satu pakaian dalam Rena, dengan gerakan yang sensual dan menghargai, membuat Rena merasa menjadi pusat perhatiannya.


"Kamu cantik sekali, Rena," bisik Niko, suaranya serak. Ia mencium bibir Rena, lalu turun ke leher, ke dada. Setiap sentuhan dan ciuman Niko membuat tubuh Rena merinding, gairah membuncah di setiap sel. Niko tahu bagaimana memperlakukan Rena, bukan sebagai pria yang sedang menyamar, tapi sebagai seorang wanita yang didambakan. Ia membelai paha Rena, meraba punggungnya, lalu perlahan bergerak ke area pinggul dan pantat.

Lihat selengkapnya