Perempuan dan kuburan

Aljas Sahni H
Chapter #2

Dua #2

2

Ketika Fajar mulai merekah, terdengarlah kokok ayam jantan memecah kesunyian. Sungguh berjasa ayam jantan itu, ia rela bangun sepagi mungkin—tanpa mandi terlebih dahulu—untuk berdiri gagah di tempat tinggi guna membangunkan para manusia yang terkadang bersifat ‘bodoh amat’.

Kokok ayam membuat cuping telinga Kumal sedikit bergerak, dan tentu perihal itu masih belum cukup untuk membangunkan si tukang molor seperti dirinya. Andai jendela kamar tidak terbuka dan bias cahaya fajar mengenai mata kirinya, mungkin ia tidak akan bangun hingga tengah hari nanti. 

Cahaya itu menciptakan silau di mata Kumal, ia terpaksa bangun, meski sebenarnya ia tidak ingin bangun. Ia beranjak dari kasurnya, duduk, mengucek matanya dan menyeka kotoran di sudut-sudut mata dengan jari telunjuk. Guna mengatasi pegal-pegal sehabis tidur, ia pun merenggangkan tulang-tulangnya sembari menguap lebar. Ia masih mengantuk. 

Kumal ingin kembali merebahkan tubuh ke atas kasur, lamun, perihal tidak terduga tetiba mengurungkan niatan itu. Saat hendak merebahkan tubuh, ia merasakan ada yang janggal di sisinya. Ia mencoba menoleh, meski sebenarnya ia tidak ingin menoleh. Dan benar, terdapat perempuan cantik sedang terlelap manis di sisinya. Ya, mau dipastikan bagaimana pun, ia memang perempuan cantik. 

Tentu, perihal perempuan cantik di kasurnya itu benar-benar membuat Kumal panik. Bagaimana bisa ada perempuan di kontrakan ini, sementara ia sendiri tinggal seorang diri. Yang lebih mencengangkan, perempuan itu dan Kumal tidur bersisian semalaman. Bagaimana bisa? Pertanyaan itu terus saja mengintai di cuping telinga Kumal. Pemuda itu bingung, harus bersyukur atau malah sebaliknya. 

Kumal mencoba untuk menenangkan diri terlebih dahulu, guna mengingat kejadian semalam yang nyaris ia lupa. Kumal mencekam kepalanya, duduk dengan tenang, pejamkan mata untuk kembali ke tempat ia berada semalam. Ya, ia mulai mengingat. Mengingat fragmen-fragmen kejadian tidak terduga yang terjadi semalam.

Meski begitu, perempuan cantik itu masih terlelap. Angin dari arah jendela telah membelai rambutnya dan memberikan rasa nyaman pada perempuan itu. Ia benar-benar tidak menyadari kepanikan yang terjadi pagi ini. Perempuan cantik itu bisa dibilang telah bersikap ‘bodoh amat’.

*** 

Sehabis menutup mata Kumal dan mengatakan kalimat menyebalkan seperti, “Aku akan membuka mata batinmu,” Pak Tua seketika menghilang. Kumal talah toleh guna mencari keberadaan Pak Tua. Namun, segencar apa pun ia mencoba mencari, Pak Tua memang sengaja tidak ingin menampakkan kumis tebalnya lagi. 

Ke mana perginya Pak Tua itu? Kumal bertanya-tanya dalam hati. Pak Tua itu menghilang begitu cepat dan juga tidak meninggalkan jejak apa pun. Perihal itu membuat perasaan Kumal sedikit waswas, namun perlahan, pemuda itu pun memilih bersikap ‘bodoh amat’. 

Masa bodoh dengan Pak Tua itu, pikir Kumal. Namun, jauh di dasar hati, ia masih penasaran dengan Pak Tua dan ucapannya yang mengatakan bahwa mata batinnya sudah terbuka. Konon, bila mata batin manusia telah terbuka, maka manusia itu dapat melihat rupa hantu. Ya, sekarang Kumal dapat melihat hantu.

Dan Kumal mencoba untuk menguji mata batin itu. Sedari tadi ia sudah berhadapan dengan pemakaman juga kegelapan, bukankah kata orang, hantu bergentayangan di kegelapan dan kuburan? Namun, tidak ada satu pun hantu yang menunjukkan wajah buruk rupanya ke hadapan Kumal. Aneh. Akan tetapi, sekarang ia semakin yakin, bahwa hantu memang tidak pernah ada di muka bumi ini. 

Lihat selengkapnya