Perempuan Dari Masa Lalu

Aslan Rakhan
Chapter #2

Kuharap Kau Masih Ada di Suatu Tempat

Gadis kecil itu berlutut di dalam kandang ayam yang seluruhnya berkotek riuh. Ia menatap sosok yang berjalan mendekat itu dengan tubuh menggigil. Menjerit ketika atap kandang terbuka, ia menatap mata gelap yang bersinar seperti mata kucing dalam kegelapan itu dengan bibir gemetar. Iris matanya yang indah bergetar ketika matanya bertemu mata gelap itu.

“Tolong selamatkan saya,” gigilnya dalam harapan yang ia sendiri tahu tidaklah sampai sepuluh persen akan dikabulkan. “Tolong, saya ingin sekali bertemu Ibu. Tolong jangan ayunkan badik Anda.”

Mata gelap yang sebelumnya bersinar kejam mendadak redup, ia menatap mata indah yang balas menatapnya penuh permohonan. Kekejaman yang sedari tadi ia perlihatkan perlahan menghilang, berganti dengan wajah ramah. Karena itu, gadis kecil tersebut beranjak keluar dan mengikuti langkah lebar pria itu menjauh dari kobaran api.

“Kenapa Anda membunuh keluarga saya?”

Diam. Dia tidak bisa menjawabnya.

“Kenapa Anda membakar rumah kami?”

Masih diam dan mereka terus berjalan sekalipun gadis kecil itu masih dan masih mengajukan pertanyaan lain.

“Pergilah! Di seberang sana kau akan bertemu orang yang bisa menyelamatkanmu.”

“Kenapa Anda membunuh mereka? Kenapa Anda membakar mereka?”

“Diam dan pergilah!”

Tapi gadis itu tertawa meringkik seiring dengan tubuhnya yang semakin meninggi. Terus meninggi hingga menyamai pepohonan di sekeliling mereka, ia menunduk menatap Bensan yang menggigil sekarang.

“Kau pembunuh! Pembunuh!”

Lengkingan suaranya membuat telinga Bensan seperti hendak meledak.

“Pembunuh!”

“Hentikan!”

“Pembunuh!”

“Diamlah!”

“Pembunuh!”

Sembari berteriak, sosok gadis kecil yang sekarang berubah menjadi seperti monster buruk rupa dengan tinggi luar biasa itu tertawa mengekeh. Terdengar menyeramkan dan menumbuhkan rasa takut luar biasa pada Bensan. Rasa takut yang menyiksanya hingga menimbulkan rasa sakit yang tak tertahankan.

“Hentikan, tolong hentikan....,” rintihnya.

“Ayah!”

Bensan membuka mata, terpana menatap langit-langit kamarnya yang biru cerah. Mata yang penuh ketakutan itu bertemu mata cemas Bille. Bensan mencoba mengatur nafasnya agar tidak terengah-engah, tetapi dadanya terasa sangat penuh membuat matanya menjadi gelap.

“Hentikan…,” erangnya ditengah rasa sesak yang semakin menyiksa.

“Ayah…,” Bille mengguncang tubuh ringkih Bensan, pria itu membuka matanya kembali secara perlahan. Nafasnya masih cepat dan dangkal, tapi jari-jarinya mencengkeram lengan Bille dengan sangat kuat.

Cukup lama ia berjuang untuk menguasai dirinya kembali. “Kita harus menemukan dia,” rintih Bensan setelah sesak di dadanya perlahan mereda. “Harus.”

“Gadis kecil itu?” tanya Bille, Bensan mengangguk tergesa ditengah nafasnya yang masih terasa berat.

“Ya…gadis kecil itu. Dia selalu muncul.”

Bille mengangguk demi menenangkan hati ayahnya, “besok kita bicarakan lagi,” sahutnya pelan. Tapi Bensan masih mencekal lengannya sangat erat.

“Kau berjanji?”

“Ya Ayah.”

Bensan memejamkan matanya kembali dan perlahan melepaskan cekalan di lengan Bille. Merasa ayahnya telah kembali terlelap, Bille keluar dari kamar dan kembali kepekerjaannya yang tertunda. Tapi ketika suara debam pelan pintu kamar Bille terdengar, mata Bensan kembali terbuka. Menatap kosong pada langit-langit biru cerah diatasnya.

Perlahan bangkit dan membuka jendela kamarnya, angin malam yang dingin berhembus masuk ke dalam ruangan yang beberapa detik lalu masih terasa hangat. Bensan menghirup udara dingin yang menyeruak ke dalam paru-parunya, berharap dengan begitu dia bisa melepaskan sedikit keresahan dalam batin terjauhnya.

Bayangan gadis kecil itu berseliweran dalam kepala Bensan, membuatnya seperti tengah disiksa. Gadis yang dia sendiri bahkan tak ingat siapa namanya. ‘Bisakah kau tidak menggangguku seperti ini?’ batinnya.

Mata indahnya yang bersinar ketakutan selalu muncul setiap kali Bensan memejamkan mata. Mempertebal dan menyiksanya dalam rasa bersalah yang tak berkesudahan. ‘Apa yang kau inginkan sampai datang padaku saat sekarang? Dimana kau bersembunyi selama ini? Kuharap, kau selamat dan hidup baik-baik saja di suatu tempat.’

Lihat selengkapnya