Perempuan di Keabadian

Kenya Indrasti M
Chapter #5

Musik Pengantar TIdur

Sabre menyesap teh bunga di sebuah kafe kecil tak jauh dari pagelaran teknologi dan sains tadi. Membaca ulang brosur musik yang dibawanya. Masih menimbang-nimbang, apakah dia akan kembali ke booth ‘Musik untuk sel’ yang membuatnya penasaran.

 

“Wil, lo udah tidur?” Sabre memutuskan untuk bertanya pada sahabatnya itu.

“Menurut lo jam berapa sekarang di Indonesia, hah?! Gue baru aja tidur, kelar rapat iklan yang mau mulai produksi besok!” Wilma marah-marah namun tidak menutup telepon Sabre.

“Lo tau kan, gue lagi ada di pameran teknologi dan sains? Ada booth menarik, mereka bikin musik yang beda, semacam musik untuk penyembuhan,” Sabre tidak memedulikan Wilma yang masih bersungut-sungut.

“Terus kenapa? Gak aneh lah, biasa aja. Disini juga banyak yang bisa bikin musik begitu,” jawab Wilma.

“Mereka klaim bisa menyembuhkan insomnia,” Sabre terus bercerita.

 

“Bre, nanti kalo lo mau tidur, jangan lupa berdoa supaya dikasih cewek yang sabar, bisa maklumin telepon-telepon lo yang random, dibalik ide-ide lo yang jenius dan futuristik!” Wilma berkata dengan nada sarkastik.

“Menurut gue, mereka masih dalam tahap riset, gue gak mau jadi salah satu kelinci percobaan mereka. Kemungkinannya 50:50 nih Wil, antara musik ini bisa nyembuhin gue atau justru makin ngerusak tatanan kerja otak,” Sabre memutar-mutar pulpen di punggung samping tangan kanannya, kepalanya sedang menimbang dengan hati-hati.

 

“Ya lo protes lah ke ownernya kalo memang ternyata musik itu ngerusak otak lo, bikin kecerdasan lo berkurang, bawa ke pengadilan kalo perlu. Pake bukti MRI, rekam gelombang otak lo sebelum sama sesudah dengerin musik itu. Ok? Udah kan? Gue mau tidur!” protes Wilma.

 

Sabre mematikan sambungan teleponnya.

 

Salah satu hal yang mudah membuat seseorang jatuh adalah kesombongan. Sabre telah berjalan sejauh ini, dengan semua pencapaian darlam karirnya yang gemilang. Pelajaran tentang meruntuhkan kseombongan adalah pelajaran pertamanya yang terberat.

 

Dia masih ingat, ketika pertama kali diberi jabatan yang cukup tinggi, dan merasa semua itu murni karena kecerdasannya. Tidak ada faktor lain.

Sampai suatu hari muncullah sebuah kasus, perusahaannya mendapatkan penawaran yang dalam hitungannya  akan sangat menguntungkan.

 

Salah satu anak buahnya yang baru lulus kuliah mengingatkan bahwa penawaran itu terlalu sempurna hingga cenderung mencurigakan.

 

Kesombongan Sabre akan cara berpikirnya yang luar biasa kompeten, menenggelamkan peringatan dari anak buahnya itu. “Bisa jadi ini karena keberuntunganku, dan jika berhasil, kita akan mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda! Dan semua orang akan semakin mengakui kepiawaianku.” pikir Sabre saat itu.

 

Hingga akhirnya kenyataan menghantam pilar-pilar kesombongannya. Apa yang dikatakan anak buahnya yang baru lulus kuliah itu justru tepat. Analisanya gagal total, mereka tertipu.

 

Sabre menyelesaikannya dengan mengakui kesalahan dan menerima segala konsekuensi. Menerima kesalahan, berarti salah satunya meminta maaf pada seluruh anggota tim nya dan mengakui analisa dari anak buahnya yang baru lulus itulah yang lebih tepat.

 

 

 

Setelah menimbang beberapa hari, akhirnya dia memutuskan akan kembali ke booth healing music, dan menerima kemungkinan adanya kebenaran dari teori mereka, yang mungkin saja bisa jadi jalan untuk menyembuhkan insomnianya.

Lihat selengkapnya