Perempuan di Keabadian

Kenya Indrasti M
Chapter #13

Rencana Jebakan

Sabre bangun pagi hari dengan segar, namun matanya langsung teralihkan buku perempuan pohon di bantal sebelahnya. Beberapa hari ini buku itu sudah jadi dongeng pengantar tidurnya, “Apa yang akan kulakukan jika cerita di buku ini sudah habis? Mengulanginya lagi? Atau aku akan kembali kesulitan tidur dan bermimpi aneh tentang harta karun itu?”

 

Sekejap saja, suara berbisik itu terdengar di telinganya. Sabre menghela napas, “Apa aku sedang dipermainkan? Siapa mereka sebenarnya? Saingan bisnis perusahaan kami kah?” kepala Sabre penuh dengan banyak pertanyaan dan analisa.

 

“Sambungkan aku dengan Perjalanan ke Dalam Diri, Inc!” perintah Sabre pada asisten robotnya.

 

Suara ‘bip!” pun terdengar

Matanya melihat ke arah jam yang masih menunjukkan pukul setengah enam pagi, “Jangan bilang kantor mereka belum buka!” Sabre menutup sambungan teleponnya sambil berkata, “Batalkan menelepon!”

 

Sekretarisnya mengirimkan catatan pengingat bahwa hari ini dia harus terbang dan melakukan perjalanan dinas selama beberapa hari.

“Sialan!”

Sabre memeriksa jadwal pesawatnya yang ternyata akan take off tiga jam lagi. Namun dia terbiasa bersiap dalam waktu singkat, hanya saja sedikit terkejut membaca catatan di layar TV setelah tidur yang nyenyak sekali.

 

 

Satu jam.

 

“Tuan Sabre boleh bangga dengan kecepatan dan kecermatan gerakannya, hingga dia bisa tiba di bandara tepat waktu. Dan boarding tanpa terlihat terburu-buru, benar-benar profesional!” celoteh Wilma yang sedari tadi mengikutinya lewat video call.

 

Sabre tersenyum dan sedikit berbasa basi pada pramugari yang menyajikan welcome drink dan penyegar sebelum take off.

 

“Lo keliatan seger banget, tidur nyenyak semalem?” pertanyaan Wilma membuat Sabre terdiam sesaat.

 

“Kenapa?” tanya Wilma, “Lo lupa bawa ‘obat tidur’ lo?”

 

“Buku penawar. Iya, gue lupa,” Sabre menutup wajahnya dengan satu tangan.

 

“Terus gimana? Itu buku ajaib gak bisa terbang sendiri, nyusul lo?”

 

Sabre hanya melengos mendengar pertanyaan Wilma yang sangat tidak membantu.

“Gue ada softcopy Deepest Dream Realm di laptop gue sih, mungkin gue pake itu kalau memang diperlukan,” jawab Sabre.

 

“Lagian kenapa buku ajaib itu ga dibikin softcopy nya juga sih?”

 

“Katanya koleksi pribadi Freya,” jawab Sabre.

 

Wilma nyengir separuh dengan mata yang membulat.

 

“Kenapa?” Sabre mengangkat satu alisnya.

Lihat selengkapnya